SAYA PIKIR, bukan hal yang pertama ketika membicarakan pendidikan baik dalam wacana kritis maupun dalam wacana konservatif, Ketidakhadiran nurani sebagai upaya menyemai harapan dalam pendidikan yang menjadi urgensi mengapa kita harus berfikir ulang melihat pendidikan kita hari ini. Pendidikan sebagaimana harusnya menjadi generator dalam mencetak penerus bangsa, nampak luput untuk merekonstruksi kenyataan apik pada kesejahteraan dan keadilan sosial masyarakat Indonesia. Fase dilematis pendidikan di ambang penyesuaian antara penyelarasan hak-hak sosial untuk mendapatkan bangku pendidikan maupun meneruskan catatan buruk dari
rezimentasi yang berkuasa selama 32 tahun membuat pendidikan sebagai alat menggapai masa depan bangsa harus dikolongi oleh
vampire multinasional korporasi.
KEMBALI KE ARTIKEL