Saya sendiri biasa-biasa saja dalam menyambut tahun baru kali ini, tak ada rencana ke luar kota. Selain untuk menekan pengeluaran, pengalaman tahun-tahun lalu cukuplah jadi pelajaran. Kemacetan panjang lalu lintas di jalur-jalur menuju tempat rekreasi tentu bukan suatu pengalaman yang patut diulang-ulang. Menjemukan, bikin stres dan buang-buang waktu bila kita terjepit di tengah kemacetan. Saat tiba di tempat wisata tujuan, jubelan pengunjung yang bahkan hingga berdesakan akan mengurangi kenyamanan bersantai dan bergembira. Ancaman copet yang memanfaatkan kesempatan juga perlu diwaspadai secara ekstra. Jika sudah demikian, apa guna berwisata?
Tetapi, gambaran di atas bukan berarti lantas meniadakan sama sekali kegiatan rekreatif bersama keluarga. Masih amat banyak jenis dan cara refreshing bersama keluarga untuk sekadar pereda kejenuhan dan mengisi liburan sekolah. Jika pun “harus” berwisata, hindari macet dan lokasi yang diperkirakan dijubeli pengunjung. Tapi, ya jangan yang sepi-sepi amat, kecuali kita hendak berwisata spiritual alias bersemadi. Hehehehe.....
Oleh karena didesak sana-sini alias anak-bini akhirnya saya luruh juga untuk ikutan berpelesir. Biar tidak terjebak macet, cost tidak menguras isi kantong dan bisa menikmati acara dengan nyaman, maka weekend terakhir tahun ini saya isi jalan-jalan di lokasi tak jauh-jauh amat. Maklum lah, Amat tak boleh jauh-jauh. Persisnya masih dalam satu kabupaten. Mau kemana kita...? *Dora mode on.
Kebetulan ada sebuah tempat wisata relatif masih baru yang belum pernah saya dan keluarga kunjungi. Tempatnya terpencil di kaki pegunungan Iyang (Hyang), sebelah tenggara Probolinggo yang sekaligus dekat perbatasan dengan Situbondo. Berdasarkan informasi di internet yang pernah saya baca, daerah ini berketinggian 900 mdpl. Walah... pasti suejuk dooong....
Setelah briefing begini-begitu kepada kedua buah hati dan bini semata wayang, di bawah hangat sinar mentari berangkatlah kami berempat. SMYVWS (Sepeda Motor Yamaha Vega Warna Silver) kami paksa untuk mengangkut 4 orang naik-turun perbukitan. Gila! Bagi SMYVWS medan dengan tanjakan terjal dan turunan curam ternyata bukan hal yang menyulitkan. Ya iyalah, 99,99% jalannya beraspal hotmix walaupun di beberapa titik ada yang telah mengelupas dan bolong agak dalam. SMYVWS ho-oh saja diajak meliak-liuk bermanuver menghindari lubang di sepanjang jalan. [Saya merasa tak percuma merawat SMYVWS dengan membawanya Spa dan papsmear secara berkala di dealer resmi] wkwkwkwkwk......
Usai dari bumi perkemahan saya kembali turun ke tempat tujuan utama kami, yakni Bermi Mini Land (BML). Kagum juga saya melihat tampilan pintu gerbang tempat wisata keluarga ini. Di tempat terpencil seperti ini ada sebuah tempat bertampang dan menggunakan nama relatif modern (baca: kekinian). Sangat kontras dengan keadaan sosial budaya sekitar yang cenderung tradisional. Kami pun melangkah masuk setelah mendapatkan tiket seharga Rp 5.000,- perorang. Di dekat pintu masuk, patung Tuan Crab, salah satu tokoh film kartun Spongebob, seolah menyambut pengunjung. Selepas pintu masuk sebuah replika arca Ganesha berukuran besar duduk bersila di sisi kiri jalan menuju tempat-tempat permainan anak-anak. Masih ada patung-patung khas Jawa-Bali berukuran kecil yang ditata sedemikian rupa di beberapa sudut BML berpadu dengan patung-patung tokoh kartun rekaan Disney semisal Cinderela bersama 7 kurcaci.
Sebagai tempat wisata keluarga, tak heran jika isi BML lebih banyak berupa permainan khas anak-anak. Bandulan, mini fitness, kereta, perosotan, perahu plastik berukuran kecil, komedi putar dll. Bagi remaja, permainan yang layak dicoba adalah flying fox dan sepeda motor roda 4. Sedangkan bagi pengunjung dewasa, cukuplah menikmati kesejukan udara dan keindahan alam pegunungan sambil menikmati cemilan di gazebo-gazebo yang tersebar di beberapa tempat.
Namun demikian, tempat wisata ini bukan tak memiliki kekurangan. Selain ada fasilitas yang besinya keropos (bahan kurang berkualitas, terlalu tipis), juga keberadaan musholla yang tidak begitu representatif baik dari segi kebersihan maupun estetika bangunan. Fisik musholla kalah mentereng dibanding gazebo besar-kecil yang ada di sana. Selain itu, tempat wudlu perlu perbaikan hingga pengunjung bisa bersuci lebih nyaman daripada harus ke kamar kecil.
Melengkapi tulisan ini, barangkali ada peminta luar kota yang ingin berkunjung, Mini Land terletak di Desa Bermi Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Berjarak sekitar 45 km sebelah tenggara Kota Probolinggo. Selain BML, di kawasan Krucil ini terdapat wisata alam yang (benar-benar) masih alami yakni Air Terjun Hyang Darungan, Taman Hidup, Bukit Cikasur dan Wisata Agro. Ada juga informasi bahwa di kecamatan sentra penghasil susu segar dan salah satu penyuplai bahan baku Nestle ini, terdapat wisata Arung Jeram. Untuk ini, perlu saya konfirmasi lagi. Hehehehe.... info kok setengah-setengah.