Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kopdar Semalam di Jakarta

25 Desember 2011   10:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:46 204 2

Kamis 22 Desember sekira pukul 5 sore aku telepon Roni lagi untuk memastikan tempat dan waktu pertemuan. Karena dari tempat Roni ke bilangan Cempaka Putih tempatku menginap memakan waktu 1 jam, aku tawarkan untuk bertemu di titik tengah. Aku pikir ini akan menghemat waktu. Tapi ternyata kami kesulitan menentukan tempatnya dimana. Roni berpendapat sebaiknya langsung menuju tempatku menginap, daripada nanti aku kesasar. Alih-alih bertemu, justru nanti aku ‘hilang’ di belantara Jakarta.

Pertemuan dengan Roni suatu keharusan bagiku setelah keinginan bertemu Wepe dan  Daveena tidak bisa diselenggara. Wepe tak ada waktu luang alias ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan dengan Daveena tidak ada waktu yang pas, Daveena tidak bisa bertemu malam hari, aku sendiri sebaliknya, free jika malam hari. Maklum biasa mangkal malam hari. he..he..he… Ya sudah, bertemu si Gimbal tinggal harapan satu-satunya.

Setelah urusan kerja beres dan perut terisi makan malam di sebuah lapak seafood kaki lima, aku hubungi Roni. Jam di hape menunjukkan pukul 10 malam kurang sembilan menit. The scooter lover ini memastikan akan segera meluncur ke TKP, tempatku menginap. Sambil menikmati suasana malam yang sedang bermandi hujan rintik-rintik dari jendela kamar aku membalas pesan-pesan singkat yang menumpuk di hape. Beberapa pesan singkat itu dari teman-teman Planet Kenthir -Salah satunya adalah Kong Ragile - yang memastikan apakah aku sudah di Jakarta dan berhasil bertemu dengan Kompasianer yang direncanakan.

Malam terasa begitu sepi. Seorang teman sekamar rebahan di balik selimut. Agaknya mabuk pascaterbang yang menimpa dirinya belum juga usai semenjak turun dari pesawat tadi pagi. Flu berat, kepala pening dan telinga sakit masih ia rasakan. Seperti jetlag saja. Aku pun megusilinya. Kubilang jika sampai besok pagi masih sakit, telinganya bakal berdarah dan berakibat budheg. Hehehehe… wajahnya menjadi makin kusut menampakkan ketakutan.

Sebentar kemudian vibrasi hape menyala. Sebuah panggilan si Bohay Prabumulih. Ia tanya apakah sudah bertemu teman-teman Kompasianer Jakarta. Kujawab aja apa adanya, bahwa saat ini sedang menunggu penampakan si Gimbal. Sementara kopi darat dengan Daveena, penulis Dare To Be Urbanista dan Wepe dipastikan tidak bisa. Dasar Hawa sotoy, penantian bertemu Roni malah disuruh minum viagra dulu. Wkwkwkwkwkwk…. Emang kami mo ngapain, Bohay?...... Menutup pembicaraan, seolah mengerti kesepian yang aku alami, Hawa Bohay memberi tahu bahwa aku akan diajak conference call dengan beberapa bidadari Planet Kenthir.

Benar saja, Youly Lily Chang memanggil. Setelah panggilan kujawab, beruntun sapaan dari berbagai arah menyerbu. Selain Bohay dan Youly, ada Zee Zee dan Bernizca Farazeta aka BF. Perbincangan dudul binti kenthir pun terjadi. Walaupun hanya dari suara semata, telingaku dapat mengidentifikasi mereka satu-persatu. Obrolan jarak jauh yang penuh gelak tawa. Sangat akrab. Pertemanan yang diawali saling kenal lewat tulisan, kini meningkat saling kenal melalui suara. Suatu saat kelak kuyakin meningkat lagi dengan perjumpaan fisik.

Ada yang aku dan BF sesalkan saat kunjunganku ke Jakarta kali ini. BF yang juga sedang berada di sekitaran Jakarta dan free dari kesibukan tidak menerima informasi tentang kehadiranku, si Penyair Kenthir Berdarah. Begitu pun aku tak tahu sebelumnya jika BF sedang pulang kampung. Andai salah satu saja dari kami tahu, tentu pertemuan dengan BF akan dijadwal juga. Duh……

Kami semua berandai-andai jika suatu saat kelak bisa kopdaran di Probolinggo. Aku tawarkan beberapa tempat yang asyik punya. Bisa di pegunungan Tengger atau Bromo, Madakaripura (pertapaan Mahapatih Gajahmada) atau di belahan timur bumi Pendalungan, kaki Argopuro. Jika ingin berarung jeram, aku berjanji insyaAllah siap menyiapkan segala sesuatunya. Adrenalin benar-benar akan diuji bila rafting di salah satu lokasi terbaik di Indonesia ini. Perahu karet akan membawa para rafter mengarungi arus liar dan jeram-jeram curam di antara bebatuan. Melaju di bawah guyuran air terjun merupakan sensasi tersendiri. Hawa, Youly, Zee Zee, BF dan teman-teman semua, ini mimpi yang bisa kita wujudkan…, bukan?

Menjelang tengah malam konferensi jarak jauh terus berlanjut hingga perjumpaan dengan si Gimbal terjadi. Bersama seorang teman, Roni bertandang ke tempatku menginap, C’One Hotel Plaza. Café hotel telah tutup, sementara untuk mencari tempat lain yang nyaman terkendala kendaraan. Akhirnya dengan terpaksa kami putuskan untuk kongkow di kamar saja. Aku yang masih terhubung conference call dengan Youly Cs disarankan agar tidak saling melucuti pakaian di kamar untuk melakukan hal-hal yang diinginkan. Para bidadari Kenthir beralasan agar sekembali dari Jakarta -Roni ke Bolaang Mongondow dan aku ke Probolinggo-, kami berdua tidak hamil. Wakakakakakak…. bener-bener Kenthir…!!!!

Di kamar 107 kami pun ngobrol ngalor-ngidul, dan ngetan-ngulon. Dari hal yang sepele sampai yang serius. Termasuk isu-isu aktual yang lagi heboh di Kompasiana. Pemilik ID R-82 di Kompasiana yang menurutku sangat menghindari terlibat dalam konflik ini banyak bercerita soal web Dongeng Anak Nusantara (DAN) yang kini bernama Anak Nusantara. Maklum, Roni satu-satunya full time officer bagi DAN meski di belakang layar ada beberapa orang yang membantunya. Aku senang sekali mendengarnya, ternyata perwakilan beberapa komunitas di Kompasiana masih turut berkiprah meski secara pribadi. Desa Rangkat, Cengengesan Famili, Planet Kenthir, Cinta Fiksi dan pihak-pihak lain terbukti mampu bekerja sama demi Anak Nusantara.

Roni yang di YM chat biasa aku sapa Ron-Ron juga mengungkapkan pertemuannya dengan Mbak Aulia Gurdi yang berlangsung gayeng. Ah, andai aku juga bisa bertemu…

Menjelang pukul 3 pagi, Roni pun pamit. Amat menyesal aku tidak bisa menjadi tuan rumah yang baik. Kedatangan Roni hanya aku suguhi secangkir kopi. Satu lagi, aku benar-benar lupa mengabadikan pertemuan mengesankan ini dalam sebuah gambar. Rambut Roni yang tak lagi gimbal tidak aku rekam. Kenapa ente ga ngingetin sih Roooooonnnnnnnnnnnn……… Mengakhiri pertemuan, aku pun titip salam buat teman-teman yang selama ini intens berkomunikasi dengan Roni. Terlebih kepada Teh Rara yang beberapa lama tak saling berkomunikasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun