Anak tukang cuci dan strika menjadi pasukan pengibar bendera pusaka di halaman istana negara, membuat kota bangka belitung terhenyak. Dialah Bunga Puspita Sari, si ramah dan mudah peradaptasi.
Tulisan ini mengambil dari perspektif pembangunan mental bagi seseorang, dengan menjadikan Bunga Puspita Sari sebagai sosok yang menginspirasi.
MEMBANGUN IMPIAN
Penting, memulai semuanya dari impian. Inilah yang dilakukan oleh Bunga Puspita Sari. Menaruh Paskibraka dalam impian penting, dikuatkan setiap tahun dengan cara menonton melalui televisi peringatan detik-detik proklamasi dan di dalamnya ada pengibaran bendera pusaka.
Bunga Puspita Sari terus menerus tanpa henti mengafirmasi sebagai pakisbraka, hingga masuk di alam bawah sadarnya disimpan rapat dan dijaga secara kokoh.
Seringkali justru keinginan-keinginan muncul dari fenomena yang tampak adalah tertarik dengan apa saja yang lagi ngetren, sehingga impiannya berganti-ganti sehingga tidak bisa disebut impian, tetapi hanyalah sebuah hasrat atau keinginan belaka. Sedang Bunga Puspita Sari meneguhkan satu impian yang dikuatkan dari waktu ke waktu, ia tak lelah dan tak goyah.
POLEMIK SEBAGAI PEMANTIK
Ketika Bunga Puspita Sari menjadi kandidat peserta paskibraka dari propinsi Bangka Belitung telah menuai protes. Dalam pandangan mereka yang belum bisa menerima keputusan dan kenyataan Bunga harus berangkat ke ibu kota.
Polemik yang berkembang dan tentunya ada yang mengarah kepada penghinaan atau menurunkan harga diri, sebagai serangan mental.
Dua hal yang dilakukan Bunga untuk melakukan seleksi ulang adalah joging dan pre psikotes.
Bunga menambah menu joging ditambah dan dilakukan setiap hari, inilah yang menguatkan otot-otot Bunga menjadi setia menggerakkan badannya.
Sedang Bunga nenguatkan refleks otaknya, ia membiasakan dan mengakrabi soal-soal yang kerap muncul dalam uji spikologi. Sehingga mentalitasnya sudah siap seratus persen.
Bunga merawat impiannya dengan usaha maksimal badani dan jiwani.
MELEBEHI ESPEKTASI
Apa yang dicita-citakan oleh bunga diiringi dengan usaha maksimal, sehingga peta mental sudah terbangun dan terbaca.
Waktu telah memberi buah atas usahanya.
Bunga mendapat apa yang dicitakan