Dalam perspektif Islam manusia diciptakan Allah SWT untuk beribadah/mengabdi kepada Nya  dan mengurus bumi sebagai para pemimpin. Namun manusia juga akan diuji dengan berbagai tantangan dan rintangan untuk mengetahui siapa yang terbaik amal perbuatannya.
Dalam menjalankan dua perspektif tersebut manusia dijadikan berbilang kaum dan berbilang bangsa untuk saling mengenal, saling bersilaturahmi dan bekerja sama.
Namun manusia itu zalim dan suka mengingkari. Dimana saja mereka berada, manusia selalu saling mengungguli satu dengan yang lain, mengalahkan satu sama lain secara curang dan culas. Mengorbankan saudaranya, teman dan orang sekitarnya. Tanpa malu memanfaatkan orang lain untuk kesuksesannya. Untuk entitas sebuah bangsa hahkan tak segan-segan melakukan pertumpahan darah walau dengan cara peperangan sekalipun. Manusia juga bakhil dan serakah. Menumpuk-numpuk  kekayaan sendiri ditengah sementara yang lain hidup dalam kekurangan, kemiskinan dan kepapaan. Banyak sisi gelap dan negatif dari sifat makhluk yang bernama manusia.
Atas dasar hal-hal tersebut diatas manusia harus dibangun, harus dibina. Dibangun jiwanya, dibangun raganya, budipekerti/akhlaknya, kepribadiaannya, keimanan dan ketaqwaannya, keberhasilan dan kesuksesannya., menjadi insan kamil, manusia baik, menjadi manusia yang seutuhnya.
Jika dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain, membina manusia butuh waktu paling lama, biaya paling mahal serta pengorbanan paling besar. Bayangkan sejak dalam kandungan seorang janin manusia sudah harus diajari, lahir dirawat dengan baik, usia 3 tahun dimasukkan di play group, usia 4 - 5 tahun masuk TK, SD butuh 6 tahun, SMP dan SMA juga butuh 6 tahun, S1 paling cepat 4 tahun, S2 bisa 2 tahun dan S3 setidaknya 2,5 - 3 tahun (walaupun ada yang 18 bulan). Jika dihitung dari play grup untuk mendidik seorang manusia, pendidikan formalnya saja butuh waktu sekitar 23 tahun untuk sampai jenjang doktoral atau paling tidak 19 tahun sampai dengan sarjana strata satu. Walaupun sudah melalui semua jenjang tahapan pendidikan tidak menjamin juga setiap manusia tidak akan melakukan yang bertentangan dengan yang seharusnya. Karena itu ada adagium pendidikan bagi manusia berlaku sepanjang hayat.
Lantas apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan manusia. Pembangunan manusia pada dasarnya bersifat holostik menyeluruh dari seluruh aspek pembangunan. Â Karena pembangunan apapun sejatinya ditujukan untuk kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
Namun hal-hal pokok yang menjadi kritikal point untuk menjadi manusia paripurna yaitu perlu mendapat layanan dibidang pendidikan yang baik dan berkualitas. Kurikulum kompatibel dengan kebutuhan jaman serta mampu bersaing dengan kualitas pendidikan global. Sarana dan prasarana pendidikan serta kualitas tenaga pendidik juga harus handal.
Pendidikan yang baik dan berkualitas akan melahirkan manusia-manusia yang unggul, manusia produktif, kreatif, inovatif dan solutif serta  berkepribadian akhlakul karimah, berkeadaban, berbudaya,  mempunyai empati sosial yang tinggi,  suka menolong dan menjunjung tinggi tata krama yang berlaku.
Demikian pula pembangunan manusia selain dibidang pendidikan juga pembangunan kesehatan. Karena sama-sama penting, kadang muncul pertanyaan mana duluan yang harus dibangun. Orang gak bisa sekolah kalau gak sehat, sebaliknya orang juga gak bisa mengobati kalau tidak sekolah. Jawabannya harus dibangun simultan secara bersamaan.
Pembangunan dibidang kesehatan harus menyeluruh, terjangkau semua rakyat, murah dan berkualitas. Pemerintah masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala dalam menyediakan layanan kesehatan yang bermutu. Sarana, prasarana dan alkes yang terbatas serta tergantung pada produk impor. Demikian duga tenaga medis ahli dan terampil lebih banyak menumpuk di kota-kota besar, sementara di kota-kota kecil apalagi ditingkat kecamatan daerah terpencil dan pedalaman kondisinya sangat terbatas. Bagi yang berpunya tidak sedikit yang kemudian memilih  berobat keluar negeri termasuk masyarakat yang berdomisili didaerah-daerah perbatasan. Semua tantangan dibidang kesehatan harus dijawab oleh pemerintah sebagai fokus pembangunan manusia.
Pembangunan manusia juga tidak boleh mengabaikan pembangunan keagamaan, sosial dan seni budaya. Membangun dibidang keagamaan akan melahirkan insan yang beriman dan bertqwa, berakhlakul karimah, merekatkan hubungan sosial antar warga negara merupakan wujud dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Bukankah persatuan dan kesatuan bangsa modal paling utama dalam pembangunan. Seni dan budaya juga  dapat membangkit semangat dan jati diri sebagai bangsa berbudi luhur dan berkeadaban yang tinggi.
Hatta, pembangunan manusia memungkinkan terwujud jika semua didukung sarana dan prasarana yang tersedia. Pembangunan infrastruktur diberbagai bidang menjadi sangat penting, agar warga masyarakat dapat memenuhi semua kebutuhannya dan mengekspresikan daya cipta dan karsanya. Manusia Indonesia seutuhnya sebagai muara akhir dari seluruh aspek pembangunan merupakan perwujudan dari cita-cita bangsa hidup rukun, adil makmur dan sejahtera