Sama-sama berada di Palau Kalimantan, garis sempadan daratan yang bersinggungan diantara keduanya mencapai 502 KM, belum lagi sempadan di wilayah laut area yang pernah heboh di blok Ambalat.
Persamaan lainnya penduduk kedua belah pihak mayoritas hampir sama yaitu sama-sama mempunyai warga masyarakat Dayak, Tidung, Bugis, Jawa, Tionghoa dan bermacam suku bangsa lainnya yang tidak jauh berbeda.
Di Sebatik tepatnya di Desa Aji Kuning ada sebuah rumah yang ruang tamunya masuk wilayah Indonesia dan bagian dapurnya menjadi wilayah Malaysia. Karena pulau Sebatik memang terbagi menjadi dua bagian. Separuh menjadi wilayah dalam Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Â Sebagian lainnya menjadi wilayah Negeri Sabah Malaysia.
Lantas apa perbedaannya. Banyak, diantaranya Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia sedangkan Sabah salah salah satu negara bagian dalam pemerintahan persekutuan Malaysia. Kaltara memiliki luas 75.467.70 km dengan jumlah penduduk  kurang lebih 800 ribu jiwa dan Sabah luasnya mencapai sekitar 72.500 kilometer persegi serta berpenduduk 3,4 juta jiwa.
Perbedaan lain menyangkut kesejahteraan, jika anda jalan-jalan ke Sabah misalnya yang terdekat saja Kota Tawau, dari Sebatik bisa dijangkau kurang lebih 20 menit dengan speedboat atau 1 jam dengan kapal ferry dari Nunukan atau 3,5 jam dari Tarakan juga dengan kapal ferry (dulu sebelum serangan wabah Covid19 melanda ada penerbangan ke Tawau dari Tarakan menggunakan pesawat ATR Â dan bisa ditempuh dalam waktu 25 menit saja), maka anda akan jarang menemukan adanya sepeda motor wira-wiri di jalan raya. Hampir seluruh warganya menggunakan kendaraan roda empat. Bukankah ini mencerminkan suatu tingkat kesejahteraan.
Sabah memang lebih maju dan sejahtera,  banyak warga kita dari Pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur yang mengadu nasib mencari penghidupan di seberang sana. Mereka bekerja di perkebunan sawit, kilang-kilang CPO, pekerja toko dan bermacam aktivitas ekonomi lainnya. Tidak sedikit juga menjadi pebisnis suksea bahkan sebagian telah  menjadi warga negara  Malaysia.
Selain sektor industri pengolahan Sabah juga gencar menggerakkan ekonominya dengan memajukan sektor pariwisata. Tak kurang 2,6 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Sabah dalam tahun 2023 dan tahun ini ditargetkan bisa mencapai 2,8 juta. Terbaru 7 Oktober 2024 lalu Menteri Pengangkutan Malaysia Anthony Loke mengunjungi Tawau dalam upaya menaikkan taraf/peningkatan bandar udara Tawau  dari kapasitas 1,5 juta penumpang menjadi 2,5 juta penumpang pertahun. Saat ini bandara Tawau selain melayani penerbangan domestik juga melayani penerbangan internasional seperti ke Macau, Chengdu dan Fuzhou.
Sebenarnya ini peluang terbuka bagi Kaltara untuk menjaring wisatawan asing masuk. Apalagi wisatawan dari Tiongkok yang ramai berkunjung ke negara-negara tropis. Hanya sayangnya jalur penerbangan udara Tawau-Tarakan (pp) sampai ini tertutup rapat. Semoga kabinet baru Presiden Prabowo berkenan meninjau ulang bandar udara Juwata Tarakan kembali dijadikan berstatus internasional(**).