Pemilu presiden sudah berlalu. Dengan motivasi dan persepsi masing-masing, rakyat sudah memilih calon presiden yang menurut mereka baik. Bisa jadi sebagian juga, menurut para tokoh baik dan rakyat mengiyakan. Perbedaan sudut pandang sangat lazim dan normal dalam sebuah tatanan negara "demokrasi". Saat ini rakyat Indonesia sedang menunggu "kepastian" kelanjutan dari pesta rakyat Pemilu Presiden 09 Juli 2014 kemarin. Semoga semua pihak yang terkait dan mengaitkan diri dengan pemilihan presiden ini, menjadi bijak, menuntun diri mereka pada jalan yang benar, dan hanya berpikir untuk kondisi bangsa yang lebih baik dan bermartabat. Saya menulis analisa ini, 5 hari sebelum pelaksanaan pilpres . Tulisan ini adalah tugas kuliah psikologi tentang teori persepsi.
Sebagai guru, saya perlu berpikir bijak untuk memperlihatkan aspirasi politik saya. Karena biasa jadi, apa yang saya sampaikan mempengaruhi sudut pandang murid-murid saya. Jika sudut pandang positif, itu yang diharapkan. Namun jika sebaliknya, maka saya sudah menjadi bagian dari lembar hitam sebuah keteladana dalam pendidikan.
Berikut ini saya share analisa saya tentang calon presiden negara kita, hanya dari satu sudut terjauh pemikiran guru sekaligus mahasiswa fakultas Psikologi.
Saya mencoba merumuskan analisa dengan melihat dan menggunakan kalimat-kalimat positif saja. Hal ini untuk menjaga “independensi” saya dalam kajian keilmuan psikologi berdasarkan teori persepsi Gestalt.
KEMBALI KE ARTIKEL