Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Musafir Kehidupan

4 September 2011   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 164 0
Musafir Kehidupan I Tahun-tahun panjang telah hamba lalui. Tangis dan tawa akrab dalam ramai dan sepi. Duka dan bahagia menjadi  permainan  hari-hari. Menunggu  datang waktu nyawa di jasad berhenti. Kematian yang ditakuti para pendurhaka pasti datang. Tak peduli  masanya  tiba di hari pagi  ataupun petang. Mengejar para makhluk dimanapun bumi  terbentang. Tak dapat dihalangi dengan tentara ataupun pedang. II Terdengar kabar sahabat yang dipanggil lebih dahulu. Berpindah ke  negeri  sepi diapit  oleh nisan batu. Berada disana  menunggu datangakhir waktu. Sebagaimana kelak tiap insan akan menuju. Tinggallah semua kemegahan beserta harta. Tinggal pula semua yang disayang dan dicinta. Tinggallah ampunan dan kasih Ilahi yang dipinta. Dengan pilihan akan  berbahagia  atau menderita. III Musafir, perjalanan waktumu kini telah senja. Bersiap untuk pulang  bagai anak rindukan bunda. Rapihkan bekal untuk menghadap pada Sang Pencipta. Menunggu datangnya  pengadilan sebagai seorang hamba. Betapa sejarah  telah beberkan banyak pelajaran berharga. Tentang  balasan para  pencinta dan  para pendurhaka. Apakah memilih kenikmatan duniawi berujung murka. Ataukah jalan para hamba yang berujung bahagia. IV Hidup, bukanlah mekanisme jasad organik semata. Bukan pula keimanan yang hanya sebatas kata-kata. Butuh pembuktian prilaku dan manifestasi yang nyata. Agar kelak tiada sesal di saat bangkit di Padang nan rata. Musafir, hidup ini adalah sebuah kefanaan dan kebinasaan. Sekuat apapun jasad insani  akan alami pembusukan. Kembali menjadi tanah  sebagaimana difirmankan. Moga diberi kasih dan ampunan sesuai harapan. Al Faqiir Hamdi Akhsan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun