Ia melihatku tajam
Tidak kulihat ada rasa takut padanya
Sama sekali tidak
Beberapa detik
Kami masih saling tatap
Lekat
Kini rasa takut justru menghantuiku
Aku takut itu tatapan terakhir, seperti biasanya
Ya, ketakutan itu mulai menyergap
Ketika seseorang mulai mengelus pelatuk di bawah perutku
Kini ia menariknya
Kejam! Pikirku
Bola mataku melesat dengan kencang
Panasnya berpindah ke tubuh Otus jolandae, si burung hantu, celepuk rinjani yang tatapannya memenuhi memoriku tadi
Bola mataku terkapar bersamanya, terjuntal di antara rerimbunan
Entah sudah berapa kali
Ini terus terulang kembali