Pihak pertama adalah orangtua murid. Mereka sebagai pihak yang paling bertanya-tanya tentang hasil belajar putra-putri mereka. Padahal, kalau melihat dan membandingkan, di masa saya belia, peserta didik yang harap-harap cemas. Takut tidak naik kelas.
Sekarang? Anak-anak zaman now malah santai. Tanpa beban. Belajarnya pun asal-asalan. Kebanyakan dari mereka yakin tetap naik kelas dan lulus meskipun nilai-nilai mereka buruk atau semenjana.
Pihak kedua yang paling khawatir adalah guru, baik itu guru kelas maupun guru bidang studi. Rendahnya nilai mayoritas peserta didik bisa mencoreng kredibilitas dan kompetensi guru-guru tersebut.
Terbukti, Andre (bukan nama sebenarnya), salah seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di salah satu SMP di Samarinda , tidak bisa menahan gundah gulananya.
KEMBALI KE ARTIKEL