Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tak Lahir untuk Marah

15 Mei 2019   08:08 Diperbarui: 15 Mei 2019   08:25 11 0
Belum lama ini Indonesia kembali tersentak. Terungkap pelaku teroris dari kelompok JAD di Bekasi, Jawa Barat. Amunisi lengkap -bom dan senjata- ditemukan.

Sekilas teringat apa yang kerap disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu tentang musuh nyata negara paling dekat dan sikap ego agama.

Ya, teroris adalah ancaman paling dekat. Siapa saja, di mana saja, kapan saja, seseorang mampu mengubah dirinya jadi teroris. Kemudian merasa pemahaman Islamnya paling benar.

Namun mereka tidak beda dengan pembunuh sadis. Apa yang diperjuangkannya tidak mewakili aspirasi semua umat Islam di Tanah Air.

Pemahaman agamanya juga belum tentu lebih baik dari ulama-ulama yang mencintai NKRI. Malah pemahaman agama para teroris hanya sebab doktrin.

Itulah pentingnya selalu jadi manusia Indonesia yang Pancasilais. Sebab mencakup semua aspek perbedaan namun menyatukan. Tanpa menuju perpecahan. Semua diayomi.

Dengan menjadi manusia Indonesia Pancasilais, apa yang diharapkan Menteri Ryamizard tentang musuh terdekat akan mudah dideteksi. Sebab ada tingkah laku yang melenceng.

Bukan saling gontok-gontokan akibat pemilu 2019 yang dipikirkan. Hanya membawa kepentingan politik sepihak. Paling utama adalah bertahannya negara dari orang-orang yang kapan saja mampu membunuh sesama saudara sebangsanya.

Seruan Menteri Ryamizard agar menjadi manusia Indonesia yang Pancasilais dan merawat ideologinya jadi penuntun kita mengutamakan mana lebih prioritas bagi negara.

Menyadari ada musuh-musuh mengacam Indonesia kapan saja berada di sekeliling kita, seperti teroris. Akhirnya ikhlas menjaga bangsa dari amukan ego.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Bukan selalu dengan amarah dan memaksakan egonya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun