Menjelang 10 hari terakhir di Bulan Ramadlan, bukannya semakin khusyuk meningkatkan kuantitas dan kualitas amal ibadah guna menyambut malam lailatul qadar dengan ganjaran lebih utama dari 1000 bulan, mayoritas kaum muslimin di Indonesia malah semakin asyik mempersiapkan segala piranti guna kepulangannya ke kampung halaman. Bila sudah seperti ini bisa kita saksikan kondisi masjid kita semakin maju. Maju dalam artian jamaahnya yang semakin maju ke depan alias semakin sepi. Padahal jelas sabda Nabi kalau 10 hari terakhir akan diberikan reward oleh allah berupa itqum minannar (terbebas dari api neraka). Kalau diibaratkan sebuah perlombaan justru disaat injury time (waktu-waktu terakhir) semangat kita malah memble, loyo kurang gairah. Padahal finish sudah di depan mata, tapi karena kurang gairah akhirnya kalah dengan peserta lomba yang lain. Berarti tingkatan untuk sampai pada derajat itqum minannar hanyalah sebuah angan-angan belaka. Lha wong masih males dan kalah dengan urusan duniawi kok?