Parameter ketertinggalan itu bisa dilihat melalui beberapa indeks yang dicatat lembaga-lembaga kredibel dunia. Dari indeks demokrasi, kebebasan, inovasi, literasi, pendidikan, dan juga kesejahteraan; tidak ada satu pun negara berpenduduk mayoritas muslim di dunia yang berada di peringkat atas. Sementara 40 negara yang menguasai indeks tersebut semuanya adalah negara-negara non muslim. Begitu juga yang menguasai peringkat 40 negara paling Islami tak satupun ada negara Islam bertengger di sana.
Menyikapi ketertinggalan tersebut beberapa intelektual muslim bersepakat, bahwa perlawanan memajukan peradaban Islam tidak lagi berupa perlawanan fisik seperti abad-7 masa lalu. Tapi perlawanan dalam hal pemikiran, ide-ide, gagasan, dan temuan-temuan yang membuat kemanfaatan bagi peradaban manusia. Seperti era keemasan Islam masa lalu yang berlangsung selama 4 abad dari abad 7 sampai 11. Lalu kemudian terus merosot dari abad 11 sampai sekarang.
Syakib Arslan, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha adalah tiga ilmuwan dan pemikir muslim pendukung Pan Islamisme yang sejalan dengan gagasan tersebut. Ketiganya sepakat, bahwa kemunduran Islam sejak abad pertengahan hingga saat ini, dikarenakan hampir tidak adanya lagi ilmuwan-ilmuwan muslim yang berlatar belakang filsafat, logika, sains, teknologi, ilmu medis, atau ilmu alam terkemuka dari kalangan Islam.
Linier dalam menyikapi persoalan umat ini, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang juga Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh November Agus Purwanto berpendapat sama, bahwa dunia Islam tertinggal cukup jauh dengan prestasi dunia Barat dalam bidang sains dan teknologi. Ketika berbicara tentang Al Quran dan Islam, maka asosiasi umat Islam masih terfokus pada relasi Tuhan dan manusia, seputar akhlak, azab, dosa, pahala, dan lain-lain. Sehingga sulit membuka diri terhadap perubahan sosial yang berlangsung cepat.
Yang lebih mencengangkan adalah hasil studi Ahmet Kuru, ilmuwan muslim yang juga Guru Besar Ilmu Politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, risetnya menemukan fakta bahwa ketertinggalan Islam karena faktor banyaknya ulama dan ilmuwan Islam yang bersedekap dengan penguasa, yang dimulai sejak zaman Imam Al Ghazali. Bahkan Al Ghazali sendiri dituding sebagai salah satu penyebab ketertinggalan tersebut.