Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

diantara kita

18 Februari 2011   17:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 55 0
Keisya membiarkan tasnya tergeletak begitu saja di lantai lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Penat sekali rasanya hari ini. Beberapa kejadian membuatnya lelah walaupun bukan secara fisik. Ia memejamkan matanya berharap dapat menghilangkan perasaan di hatinya. Tapi semakin dia ingin melupakannya semakin sering hal itu muncul di pikirannya. Seperti rol film yang diputar, kejadian tadi siang terulang kembali dihadapannya.

" Kei sorry ya. Kemarin Dayu 'nembak' gw, trus gw terima." Kata-kata itu terlontar dari mulut Rika. Sahabatnya yang dia kenal  sejak awal masuk sekolah.

Keisya terdiam dalam pikirnya. Masih tak tahu harus bagaimana cara menjawabnya. Mungkin karena Rika mengira kalau Keisya mempunyai perasaan pada Dayu makanya dia bicara seperti itu. Awalnya pun Rika yang mencoba menjodoh-jodohkan Keisya dengan Dayu. Tapi karena Keisya yang terus menutupi perasaannya, Rika jadi enggan untuk meneruskannya. Dan sekarang dia menerima berita kalau si 'mak comblang'nya jadian sama orang yang tadinya mau dijodoh-jodohin dengannya. Langsung dari mak comblangnya pula.

" Wah...Selamat ya." Akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Keira masih mencoba mencerna kemana jalur pembicaraan ini yang ternyata tidak butuh waktu lama untuk mengetahuinya.

" Lu ga marah kan Kei sama gw? gw ga maksud kaya gini ke lu."

Keisya kembali terdiam. Kalau dia bilang ga marah apa itu artinya bohong pada dirinya sendiri? Tapi kalau dia bilang marah, memang apa haknya dia untuk marah? Kalau dia bilang marah apa yang akan dilakukan sahabatnya itu? Kalau dia bilang marah apa Rika akan melepas Dayu karenanya?

" ... Ga kok. Kenapa gw mesti marah, itu kan hak lu." Jawab Keisya mencoba diplomatis dan - lagi-lagi - mencoba menutupi kebohongannya. Dan sepertinya hal itu terlalu jelas untuk dilihat Rika.

" Lu ga bohong kan? Kalo gara-gara ini lu jadi marah sama gw. Mendingan gw ga usah jadian sama Dayu."

" Udahlah ga usah dibahas lagi. Lu kan udah jadian sama Dayu, mau diapain lagi."

Keisya menutup kejadian itu dengan desahan panjang. Penuh sesal sebenarnya saat  dia mengatakan itu. Dia mulai bosan dengan dirinya yang tidak bisa berterus terang walaupun dengan perasaannya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi. Dia memang seperti ini. Lebih suka menyimpan segalanya seorang diri dan kadang berakhir dengan penyesalan. Lagipula Dayu memang suka dengan Rika, kalau dia tidak suka, tidak mungkin dia 'nembak' Rika. Kalau pun Rika tidak jadi pacaran dengan Dayu memang akan berdampak apa pada Keisya? Apa mungkin Dayu akan berpaling padanya? Tunggu dulu memangnya Keisya siapa bisa seenaknya seperti itu. Punya ilmu seperti apa dia yang bisa merubah perasaan seseorang dengan mudahnya. Memangnya Keisya dukun sampai punya ilmu-ilmu seperti itu. Kalo dia memang dukun kenapa tidak sejak awal saja dia memakai ilmu 'pelet' biar Dayu jadi pacarnya. Lho kok jadi ngaco gini.

" Jahat banget ya, padahal dia tau kalo kamu suka sama Dayu." Eh suara siapa nih?

" Tapi kan dia ga bermaksud kaya gitu, Lagipula dia kan udah minta maaf." Suara siapa lagi nih?

" Emangnya maaf berguna? Kalo dia ga bermaksud kaya gitu ngapain selama ini dia ngomong mau jodoh-jodohin Keisya sama Dayu, kalo akhirnya dia jadian sama Dayu. Jangan-jangan itu cuma alasan dia buat deket sama Dayu." Sepertinya Keisya setuju sama suara yang ini.

" Jangan suudzon dong. Siapa tau dia punya alasan sendiri berbuat kaya gitu."

" Emang cuma alasan doang yang bisa dia kasih buat Keisya. Tapi dia ga bisa ngerti gimana perasaannya kalo sesuatu yang dia suka tau-tau diambil sama orang yang tadinya mendorong dia buat dapetin hal itu."

" Loh emangnya Keisya pernah bilang kalo dia suka sama Dayu?"

" ...kayanya sih ga pernah."

" Berarti Rika ga salah dong. Kan selama ini Keisya sendiri yang ga jujur. Kalo dia emang suka sama Dayu seharusnya dia bilang, jadi Rika ga serba salah." Kok sekarang kesannya jadi Keisya yang salah.

"Tapi kan Keisya pernah bilang kalo dia punya minat sama Dayu."

" Minat kan bukan berarti suka ataupun mau memiliki. Keisya minat sama basket tapi bukan berarti dia mau jadi pemain basket kan. Sama juga artinya dia punya minat sama Dayu. Mungkin Rika pikir itu juga cuma sekedar 'minat' Keisya, bukan berarti Keisya 'suka' sama Dayu."

Kali ini suara yang tadi menyalahkan Rika diam seribu bahasa. Tak bisa membalas kata-kata dari suara yang satunya. Begitu juga dengan Keisya yang jadi bahan perbincangan yang hanya bisa mendengar suara-suara itu tanpa bisa ikut komentar.

Benar juga yang dikatakan suara tadi. Keisya memang tidak pernah mengatakan suka-nya pada Dayu secara langsung pada Rika. Bukannya tidak mau tapi karena tidak bisa. Dia memang bukan tipe orang yang suka bicara hal-hal seperti itu secara blak-blakan. Karena menurutnya pembicaraan mengenai hal itu bukan sesuatu yang harus di umbar dan dibicarakan dengan orang lain secara blak-blakan. Walaupun menurut beberapa temannya pembicaraan seperti itu harus dilakukan biar tidak ada kesalahpahaman antara satu dan yang lainnya. Biar bisa saling membantu kalau mau menyatakan cinta. Tapi semua itu tidak berlaku untuk Keisya. Seperti yang dikatakan tadi. Ia lebih suka menyimpan segala hal seorang diri. Lebih karena tidak ingin menyakiti dan tersakiti. Dan nyatanya ia selalu melakukan keduanya tanpa ia sadari.

Ngomong-ngomong tentang perasaan suka. Keisya sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini pada Dayu. Semuanya terasa samar. Awalnya Keisya hanya suka melihat Dayu karena secara fisik Dayu mengingatkannya pada teman kecilnya. Teman kecil yang sekarang entah berada dimana. Makanya Keisya sedikit banyak ingin dekat dengan Dayu. Hanya ingin merasakan keakraban dan mengingat teman kecilnya. Jahat ya kesannya. Masa menggunakan orang lain untuk melakukan hal seperti itu. Tapi mungkin karena melihat itu Rika mengira kalau ia suka dengan Dayu. Rika juga yang mengajukan diri untuk mendekatkan ia dengan Dayu. Itu juga yang menjadi alasan Keisya saat Rika bertanya tentang perasaannya pada Dayu. Seharusnya itu sudah cukup menghilangkan rasa penasaran dari sahabatnya dan jawaban atas pertanyaannya.

Keisya terlonjak pelan, seperti baru tersadar akan sesuatu.

Iya benar, bukannya selama ini ia hanya menganggap Dayu sebagai pengganti temannya. Jadi buat apa ia marah kalau Rika dan Dayu pacaran. Harusnya dia senang karena sahabatnya sekarang punya seseorang yang bisa berbagi dengannya. Walaupun sebenarnya berat untuk mengakui semua itu.

♣♣♣

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun