"abang sinilah kumpul sama abah dan uma jangan diam dikamar terus tidak kangen tah sama abah dan uma "celetuk adekku matanya sih melototin novel romantis kayanya sih karya luar negeri soalnya tebel banget mungkin novel terbaru karya penulis idolanya adekku kali. aku memang belum bincang-bincang dari pertama datang sama abah dan bunda, nyampe kampung aku langsung meluncur ke sawah tempat yang harus aku kunjungi kabetulan nongol juga sahabatku itu verly sampe sekarang.
"iya nanti abang kesana ,abang lagi nulis dulu" pura-pura
"sudahlah bang jangan pura-pura bilang saja tidak mau atau malu lah" tahu juga adekku mungkin hafal sifatku
"sudahlah nak mungkin abang mu ingin istirahat biarkan saja " kata uma lembut sekali bikin aku trenyuh
"si abang mah begitu uma dari dulu gak pernah bergaul sama orang banyak diem aja di rumah gak pernah maen. jangan-jangan nanti jadi psikopat uma ikhh.. menyeramkan di tambah tampang abang seram tambah merinding saja ini ambo uma"
"hussh... kalo ngomong hati hati lah nak nanti abangmu tersinggung " abah membelaku . akh biarkan saja adekku mau bilang apa toh yang penting aku tidak seperti apa yang addekku katakan
"dasar kau sindi pintar sekali kau berkata-kata tanpa hati , untuk saja ambo ini abangmu kalau bukan mungkin sudah ambo ganyang lah kau sampe nunduk"
"coba saja kalau abang berani toh mana mungkin abang berani, kan abang takut sama perempuan " adekku malah nyindir sambil nyengir puas sekali . aku tidak takut hanya saja tidajk berani malu juga. dari pada ladennin adekku itu akh mending tiduran dengerin lagu favorit aku meskipun lagunya rada-rada galu dikit sih yang penting happy saja sambil merebahkan ototku dan mataku dalam gelapnya malam yang mulau mengambang di tengah bumi dengan derasnya angin yang menghentak kuat hingga pembicaraan adekku taj terdengar lagi berubah dengan mimpi yang indah
zzzzz