Hasil negosiasi Australia dan Timor Leste pada waktu itu adalah kedua negara mencapai kesepakatan pembagian hasil pengolahan minyak di area yang namanya
Joint Petroleum Development Area (JPDA) yang memberi
porsi 90% kepada Timor Leste, dan hasi dari area Sunrise dibagi rata, masing-masing 50%. Tetapi
negosiasi batas permanen kedua negara ditunda hingga 40 tahun mendatang. Tetapi kemudian pemerintah Timor Leste menyadari bahwa pembagian ini sesungguhnya tidak adil karena area eskploitasi minyak ini masuk wilayah Timor Leste kalau batas laut dibuat atas
median line principle. Sehingga kata Tom Allard di
Sydney Morning Herald "If the boundary was drawn midway between East Timor and Australia — as is standard under international law — most of the oil and gas reserves would lie within Timor's territory". Dan, Timor Leste menghendaki pengelolaan lanjutan minyak dan gas dilakukan di Timor Leste, bukan di Darwin.
Xanana menunduh Australia berkolusi dengan perusahaan minyak dan gas dalam hal yang terakhir ini. Pengelolaan lanjutan minyak dan gas  di Darwin telah member manfaat sekitar
$25 miliar dalam bentuk lapangan kerja dan pajak. Ini dampak yang sangat besar seandainya saja pengelolaan lanjutan minyak dan gas di lakukan di Timor Leste.
KEMBALI KE ARTIKEL