Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Cerita Baru dan Juli

1 Juli 2021   22:30 Diperbarui: 1 Juli 2021   22:52 138 4
Orang-orang bahkan amalkan semua aktivitas-nya menjadi cerita. Entah itu cerita manis yang menyemangati hati mereka atau yang pahit sekalipun, peinsipnya mereka harus menulis setiap cerita yang mereka lewati

Semua tanpa melewati selembar saja dari cerita yang mereka tulis. Tanpa jeda waktu, nafas, atau tahapan-tahapannya. Sebab cerita adalah karya-karya nyata yang tidak sengaja berlalu tanpa terasa

Kemarin, di penghujung Juni memberi kita satu tanda bahwa cerita kita lalu harus ditutup. Bukan berarti menutup selamanya, menguburnya, membakar, atau sejenis itu.

Tapi, ada saatnya cerita itu akan dibuka kembali. Dibaca kembali, dihayati, ditafsirkan lagi lebih dalam, lebih jeli dan menemukan sesuatu kekurangan atau kelebihan untuk perbaikan-perbaikannya.

Kini, Juli menyambut kita dan menggerakkan jiwa menulis cerita baru, cerita yang harus dimulai untuk satu babak yang baru, harus ditulis dengan teliti penuh perhatian.

Kita menulisnya dengan ikhlas, tegas, lantang dalam keadaan hati yang tenang tanpa ragu-ragu. cerita tentang payah, marah, sedikit bermusuhan, rindu dan tawa-tawa kosong.

Pada itu, kita perlu memori baru, tinta baru, lembaean baru dan semangat baru dalam menulis cerita kita masig-masing.

Orang-orang pintar dahulu, menulis banyak hal termasuk perang dan hati, permusuhan dan cinta dll. Mereka menulisnya dan menyebut tinta adalah emas.

Tulisan-tukisan mereka tidak mati, ruh-ruh puisi juga syair dan bait-bait menebus batas masa dan usianya sendiri.

Kita yang sekarang ini, membaca tulisan-tulisan mereka yang ditulis berapa puluh abad lalu bisa remuk, bergejolak, emosi dan kadang pagah hati.

Mereka tidak menulisnya dengan tinta emas, para guru dan filsuf juga seniman dan sastrawan menulis cerita mereka dengan hati.

Persepsi kita, tinta yang dipakai untuk menulis tidak mungkin bisa dari emas?

Itu hanya pikiran kita, dan mereka sebenarnya hanya menulis dengan tinta biasa lalu meletakkan derajat tulisan cerita mereka sebagai julukan tinta emas yang menggetarkan isi seantero bumi.

Entah tinta itu adalah emas atau hanya tinta air biasa yang mudah terhapus kala kita menutup lembar cerita, buktinya cerita mereka masih terus dibaca dan mengaung di beberapa lapisan generasi.

Dari tulisan-tukisan mereka, sekarang kita menulis cerita kita. Tuliskan saja, jangan merasa risih apalagi gengsi. Yakin saja, tulisan-tulisan meskipun tidak bergizi seperti puisi yang mati.

Energi tulisan dan kata-kata tak pernah mati. Meminjam kata Wiji Thukul dalam puisinya "Aku masih ada dan kata-kata belum binasa"

Juli ini, kata orang-orang. Liburan ke eropa adalah waktu yang tepat. Tapi aku pikir, di negeri kita sendiri semua hal sudah lengkap.

Taman, wisata, kota, pantai, cinta, rindu, kisah dan sederetan warna hidup sudah ada di negeri ini. Rumah kita lebih indah, ketimbang rumah tetangga.

Menulis cerita baru dengan kebaikan-kebaikan, membuka hati, menepis ego agar jiwa kembali tegar pada fitrahnya

Kita hanya butuh semangat, dan doa-doa untuk menulis hal baru di lembaran baru cerita kita. Agar kelak, kita rampung kembali cerita lalu menjadi satu kenyataan yang mungkin kebanyakan orang menyebutkan tujuan.

Akhir dari upaya dan kerja keras. Cerita ini tetap memiliki hikmah, tetap akan dibacakan saat kita yang menulis duduk dan menikmati segelas teh yang manis di teras depan.

Atau akan dibaca mereka yang menyukai cerita-cerita, dibaca sehabis perang, dibaca di panggung pentas dengan suara lantang dan kita ada bersama mereka, mengalir dalam jiwa-jiwa setiap kali cerita kita dibaca.

Mari bikin cerita kita menjadi cerita manis.
semanis 1 Juli hari ini.

Bth, 1 Juli 2021

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun