Darkoe, yang telah berpengalaman selama 20 tahun dalam menjalankan usaha gultik di Blok M, menjelaskan bahwa resep dan cara penyajian gulai tikungan ini telah disesuaikan dengan lidah masyarakat Jakarta, tetapi tetap mempertahankan keaslian dan kelezatannya yang melegenda. "Gultik bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang nostalgia dan cerita panjang bagaimana hidangan ini berhasil menembus pasar kuliner ibu kota," ungkap Darkoe dengan bangga.
Sejarah gultik di Jakarta Selatan tidak lepas dari peran masyarakat dari luar Jakarta yang pertama kali mempopulerkannya. Dahulu, hanya sedikit yang mengenal gulai tikungan ini, namun seiring waktu, popularitasnya melejit dan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan malam di Jakarta Selatan.
Gulai tikungan telah menjadi simbol kebersamaan dan kelezatan bagi warga Jakarta Selatan. Dari generasi ke generasi, gultik terus menghidupkan warisan kuliner yang kaya akan rasa dan tradisi. Setiap suapan gulai tikungan bukan sekadar mengenyangkan perut, tetapi juga membawa nostalgia akan kenangan-kenangan indah di malam Jakarta Selatan yang ramai dan menyenangkan.
Dengan segala keunikan dan ceritanya, gultik tetap menjadi bukti nyata bagaimana sebuah hidangan bisa menembus batas-batas kota dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat metropolitan. Kuliner tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang bagaimana makanan tersebut mampu menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dalam sebuah pengalaman kuliner yang tak terlupakan.