Cagub-Wagub diluar daerah DKI Jakarta berdatangan untuk mengikuti "pesta" 5 tahunan ini, salah satunya adalah; Jokowi-Ahok. Joko Widodo yang berasal dari Kota Solo dan juga masih bertugas sebagai Walikota Solo, serta pendampingnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mantan Bupati Bangka Belitung Timur dan juga mantan anggota DPR Komisi II ini ikut meraimakan "pesta" 5 tahunan ini. Uniknya dari kedua calon tersebut mereka berasal dari luar daerah DKI Jakarta atau bisa disebut juga mereka "Impor" untuk Cagub dan Wagub ini.
Sedikit kalangan/kelompok tertentu memunculkan isu-isu "Pruralisme dan Primordialisme" bahwa Gubernur DKI Jakarta harus orang asli Jakarta (Betawi) dan beragama Islam. Padalah menurut UUD, untukĀ ikut berpartisipasi semua elemen masyarakat bebas tanpa harus membedakan unsur etnis serta agama. Permasalahan muncul ketika Cagub dan Wagub "Impor" ikut serta dalam pilkada, pertentangan dari kelompok membuat situasi menjelang pilkada semakin ramai. Apalagi serunya, pasangan Jokowi Widodo yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan kaum minoritas Tionghoa dan juga beragama nasrani. Isu-isu "Pruralisme dan Primordialisme" pun muncul seketika, apalagi banyak sekali di Jakarta yang membuat suatu kelompok-kelompok etnis maupun agama yang secara tidak sadar, hal ini dapat membuat perpecah belahan suku-bangsa Indonesia. Apakah isu-isu ini dibuat untuk kepentingan kalangan elit-elit ?? Entalah.... atau jangan-jangan "Putra Daerah" takut tersaingi ? Mungkin saja, munculnya Cagub-cagub "impor" dikarenakan Gubernur "lokal" gagal menghadapi masalah DKI Jakarta. Lihat saja 3 bulan kedepan, apakah yang "lokal" bisa bertahan ?