Menyerahkan Kepala Demi Menyelamatkan Ratusan Jiwa
7 Mei 2017 08:45Diperbarui: 7 Mei 2017 08:512232
Menyerahkan Kepala Demi Menyelamatkan Ratusan Nyawa
(Kisah Jenuk Pimpinan Perkumpulan Puyang Serunting)
Pada Tanggal 14 Februari 1942 pasukan payung tentara Jepang diterjunkan di lapangan terbang Talang Betutu Palembang, terus menuju kota Palembang tanpa perlawanan, karena tentara belanda sudah mundur. Dari Palembang tentara jepang terus bergerak melalui jalan darat, menguasai curup.
Pada tanggal 24 Februari 1942 pasukan jepang dengan kendaraan perang dan logistic di bawah pimpinan Kolonel Kangki Memasuki Keresidenan Bengkulu tanpa perlawanan. Prajurit KNIL kerajaan Belanda yang biasanya begitu gagah dan bengis dalam memperlakukan rakyat Bengkulu mundur ketakutan. Mereka berlari menyelamatkan diri ke Bintuhan dan dengan kapal mereka menuju Australia.
Pada awalnya rakyat Bengkulu merasa lega, karena Belanda telah menyerah pada Jepang, sesame bangsa Asia. Rakyat Bengkulu mengira Jepang bertindak sebagai pembebas. Namun harapan itu seakan hanyalah mimpi. Ibarat keluar dari mulut Singa masuk ke mulut buaya. Tentara Jepang bertindak lebih bengis dan kejam. Stasiun Radio disegel, surat-surat keluar diperiksa. Berbicara harus berhati-hati. Rakyat dipaksa bekerja tanpa upah atau Romusha. Harta benda dirampas, padi, palawija atau apapun yang dihasilkan rakyat harus diserahkan pada Jepang.
Kempetei (Polisi Militer Jepang) bertindak lebih kejam lagi. Ada dua orang pimpinan Kempetei Jepang yang sangat kejam, bernama Kakida dan Fukuda. Mereka merekrut orang-orang untuk menjadi kaki tangannya. Banyak sudah tokoh-tokoh masyarakat dan warga biasa yang ditangkap, kemudian dihukum pancung karena dianggap membangkang. Salah satunya adalah Masawang dari Padang Ulak Tanding. Kepalanya dipancung. Kemudian ditancapkan beberapa hari di depan Benteng Malaborough.
Perkumpulan-perkumpulan warga selalu diawasi dan dimata-matai. Di Alas Maras dan sekitarnya ada sebuah perkumpulan yang bernama Perkumpulan “Puyang Serunting”. Perkumpulan itu bergerak dalam berbagai bidang. Pertanian, perdagangan dan Beladiri. Jepang merasakan perkumpulan itu sangat mengancam jepang. Maka seluruh anggota perkumpulan Puyang Serunting ditangkap. Laki-laki maupun perempuan di bawa ke Bengkulu dengan menggunakan beberapa truk Jepang. Mereka diinterogasi.
Karena tidak ada bukti pembangkangan, mereka dilepaskan. Dengan syarat membubarkan perkumpulan, tidak ada aktifitas bela diri dan menyerahkan Pimpinan Perkumpulan Puyang Serunting yang bernama “Jenuk” sebagai tumbal dan peringatan. Akhirnya hanya Jenuklah yang masih ditahan oleh Jepang. Jepang memberikan hukuman pancung kepada Jenuk.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.