Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mengapa Aku Dilahirkan Seperti Ini? (part 3)

14 Desember 2009   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 2705 0
Saudi Arabia...!!! Saat pertama kali aku membayangkan negara itu, yang ada dalam benaku adalah bahwa aku akan bisa merubah hidupku karena aku akan banyak bergaul dengan muslim-muslim sholeh karena seperti yang kita tahu Saudi Arabia adalah pusat muslim sedunia. Tapi ternyata dugaanku salah besar, bukannya mampu merubah hidupku menjadi lebih baik tapi malah di negara inilah hidupku semakin hancur berantakan karena di Saudi Arabia ada begitu banyak gay yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Tulisan "Mengapa Aku Dilahirkan Seperti Ini? (part 3)" adalah sambungan dari tulisan saya sebelumnya yang berjudul sama yang Saya publish beberapa hari yang lalu. Dan bagi yang belum sempat membacanya klik saja profil saya atau masuk ke www.kompasiana.com/hagiraymond

Sesampainya aku di Saudi Arabia, aku merasa sangat sedih. Kenapa hidupku harus jadi seperti ini. Aku harus hidup jauh dari kedua orang tua yang sangat aku cintai. Meninggalkan ibuku yang lebih berarti dibanding diriku sendiri. Aku sangat mencintainya. Ibuku teramat baik buat seorang ibu. Ia tak pernah lelah menjaga dan merawatku. Ia yang selalu berada dekat denganku,tapi saat itu aku harus rela jauh dengan nya. Dan berada jauh dengan jarak ribuan km dengannya seperti aku kehilangan sebagian rohku.

Bulan pertama aku sering menangis karena aku selalu ingat ibuku. Tak ada yang merawat dan mengurusku seperti waktu aku di indonesia. Apapun harus aku lakukan sendiri. Mencuci, menyetrika, memasak dan lain sebagainya. Di saat itulah aku menyadari betapa berat pekerjaan ibuku sehari-hari. Betapa ikhlasnya dia melakukan itu semua untukku. Aku hanya bisa menangis dan berdoa semoga Tuhan selalu melindungi dan menjaganya.

Tiga bulan sudah aku di Riyadh,aku masih belum tahu seluk beluk kota Riyadh karena aku tak pernah kemana-mana. Pulang kerja aku hanya istirahat di kamarku,nonton tv atau baca buku. Sampai akhirnya datang surat dari pihak HRD bahwa aku dipindahkan ke salah satu cabang yang ada di Jeddah. Aku pun tak bisa menolaknya karena itu sudah jadi keputusan perusahaan.

Singkat cerita aku sudah berada di Jeddah. Di kota ini aku tinggal di mes yang memang di sediakan oleh perusahaan. Di mes ini bukan cuma karyawan-karyawan dari indonesia saja tapi ada dua negara lain yaitu Filipin dan Nepal. Di kota ini pula lah aku menghabiskan hari-hariku selama empat tahun dengan penuh suka dan duka. Di Jeddah pula lah aku mengenal dunia gay sebenarnya.

Pada dasarnya aku malu untuk mengisahkan cerita hidupku ini. Tapi toh tak ada yang mengenal siapa aku sebenarnya. Tulisan ini aku buat sebagai curahan hatiku saja karena sudah terlalu lama aku simpan dan tak pernah aku ceritakan pada orang lain.

Aku memang malu dan memalukan. Tapi inilah hidupku. hidup yang penuh dosa dan mungkin tak termaafkan. Tiga bulan aku tinggal di Jeddah. Enam bulan tepatnya tinggal di Saudi Arabia. Saat itu pula aku mulai menyadari ada banyak gay di Saudi Arabia khususnya di Jeddah. Itu aku ketahui dari banyaknya tamu-tamu restaurant yang sering mengedipkan matanya penuh arti kepadaku bahkan banyak diantara mereka yang memberikan no telponnya kepadaku. Tapi saat itu aku masih belum tergoda. Aku masih ingat tujuanku ke Saudi Arabia, selain untuk bekerja, aku juga ingin merubah hidup dan jiwaku.
Tapi aku cuma seorang manusia. Pertahananku tak berlangsung lama. Naluriku sebagai homosexual terus meronta apalagi terus terang pria arab ganteng-ganteng dengan perawakan tinggi tegap. Aku pun tak berdaya, benteng pertahananku jebol oleh seorang pria arab sebut saja bernama Ali.

Pada awalnya aku tak percaya kalau Ali seorang homosexual karena tak ada tanda-tanda seperti seorang gay pada umumnya. Tapi ternyata memang begitulah, banyak sekali pria-pria arab yang dilihat dari luar seperti laki-laki normal padahal ternyata mereka seorang homosexual.
Kembali kepada Ali. Pertemuanku dengannya di salah satu warnet yang banyak tersebar di Jeddah. Tak usahlah aku ceritakan bagaimana perkenalanku dengannya.

Ali, pria arab yang membuat aku rela melupakan  Tuhan saat itu. Dalam artian aku rela melanggar Tuhan dengan mau berhubungan intim dengannya. Aku sebetulnya tidak mencintainya. hanya nafsu saja yang ada di dalam hatiku. Saat itu hawa nafsu yang aku pendam sekian lama seolah terlampiaskan dengan adanya Ali. Beberapa bulan lamanya aku dan Ali menjadi budak setan. Aku seolah lupa akan segalanya. Yang ada dalam pikiranku saat itu hanya nafsu dan sex. Tapi akhirnya hubungan tanpa status antara aku dan Ali berakhir karena satu alasan.

Selepas dari Ali hidupku lebih gila dan semakin berantakan. Aku tak bisa lagi memendam hasrat sexualku. saat itulah aku berpindah dari pria arab satu ke pria arab lainnya. Bahkan yang lebih gila lagi aku mulai berani pasang harga. Aku berpikir tak ada ruginya menyelam sambil minum air. Selain hasrat sexualku terlampiaskan aku juga mendapatkan uang. Beberapa bulan lamanya aku hidup dalam dunia setan. Aku seakan lupa akan adanya Tuhan. Bahkan untuk umroh ke tanah suci Mekkah saja aku seolah tak mengingatnya. Padahal hanya dengan uang 10 riyal atau 25 ribu rupiah saja aku bisa menginjakan kaki di mesjid Dil Haram, mesjid yang dimana Baitullah ada di dalamnya. Jika aku ingat saat itu, aku benar-benar malu dan merasa sangat bodoh. Lihat Jutaan muslim di dunia sangat mendambakan bisa pergi ke Mekkah. Tapi aku? Saat itu seolah sama sekali tak tergerak. Padahal kalau mau bisa kapan saja aku pergi ke Mekkah,bisa sebulan sekali,seminggu sekali, atau bahkan setiap hari. Karena dari Jeddah ke Mekkah cuma satu jam perjalanan, dengan menggunakan bus antar kota dengan tarif 10 riyal saja. Tapi memang saat itu aku sudah menjadi budak setan. Aku lupa segalanya.

Tapi Tuhan masih sayang aku. Aku bisa meninggalkan kebiasaan setan itu atas kehendak Tuhan dengan perantara seseorang.

Bersambung...

Terimakasih untuk semua pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisanku. insya Allah di part 4 akan aku lanjutkan cerita hidupku bagaimana aku bisa meninggalkan kehidupan setan itu. Ya, aku bisa meninggalkan kebiasaan setan itu, tapi apakah aku bisa sembuh dan menjadi laki-laki normal...??? Tunggu saja jawabannya di tulisan  berikutnya.Tidak ada maksud lain dalam tulisan ini selain curahan hatiku yang selama ini aku pendam. Semoga tulisan ini bisa dijadikan pelajaran hidup.

Hagi Raymond

141209, Riyadh, Saudi Arabia

www.kompasiana.com/hagiraymond

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun