Sudah lama saya tidak melihat bunglon. Binatang yang mirip kadal ini punya keunikan sendiri. Ia bisa merubah warna badannya sesuai tempat yang ditempelinya. Kalau menempel di daun ia bisa berwarna hijau. Tapi kalau di kayu ia bisa tiba-tiba menjadi cokelat. Pagi ini saya melihat binatang unik itu. Ia menempel di pohon lengkeng di rumah saya. Bukan cuma sekali ini saya melihatnya. Lima hari yang lalu saya juga melihatnya bersembunyi di pohon anggur yang baru saja ditanam oleh bapak saya. Bunglon ini menarik perhatian saya bukan cuma karena keunikannya merubah warna tetapi lebih karena sudah bertahun-tahun lamanya saya tidak melihat bunglon. Terakhir mungkin ketika saya SMA. Dulu jangankan bunglon, cicak terbang saja yang kemudian saya ketahui sebagai binatang langka, berkeliaran di rumah saya. Mereka menempel di tembok belakang rumah saya dan melompat kesana kemari. Bentuknya sangat mirip cicak. Tapi mereka punya sayap berwarna kuning yang menempel di lengannya. Bunglon itu memang masih ada. Tapi cicak terbang itu sepenuhnya sudah punah. Kepunahan itu saya yakini karena berubahnya kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Dulu pepohonan di sini sangat banyak. Tapi sekarang populasinya sudah sangat berkurang. Jadi antara bunglon, cicak terbang, dan rumah saya itu ada ikatan yang sangat kuat. Yang karena perilaku saya dan teman-teman saya sesama manusia, hewan-hewan unik itu tersingkir bahkan punah seutuhnya.
KEMBALI KE ARTIKEL