Ahmad Nazaruddin diangkat pada pertengahan abad ke-19 sebagai Sultan Jambi menggantikan Sultan Thaha yang dimakzulkan Belanda. Potret dirinya ini menjadi gambaran bagaimana kondisi Raja - orang nomer satu di Jambi-- dan para bangsawan Jambi kala itu. Laporan Belanda, banyak menyebutkan bahwa raja dan pangeran Jambi hidup dalam kondisi "miskin". Mereka hidup dengan kondisi ekonomi minimal dari upeti di wilayah pegangan masing-masing.
Keraton yang mereka punya hanya rumah panggung. Ukurannya, sedikit lebih besar dari rumah rakyat biasa. Salah satu keraton itu berada di Dusun Tengah, Tembesi. Potretnya terdapat dalam buku Veth (foto 2).