Tiga belas tahun yang lalu, ada seorang anak yang sedang bermain dengan asyik di halaman sebuah taman kanak-kanak. Ia berlarian ke sana ke mari, menaiki anak tangga, menuruni perosotan, dan meloncat dengan girang. Hingga sampailah Ia di depan pintu, kemudian terpeleset, terjatuh tepat di ujung keramik, lantas melukai pelipis kanan matanya. Ia menangis, air mata dan darah keluar dengan deras dari mata dan pelipisnya. Semua orang panik, cemas, dan ketakutan, termasuk Dia. Bersama Ayah, Dia membawanya, mendekapnya dengan erat di tengah teriknya panas matahari, menaiki motor selama dua jam sampai ke ruang IGD tempat Dia bekerja. Sekujur tubuhnya lemas, kesadarannya hilang, hingga Ia tertidur di pelukannya.
KEMBALI KE ARTIKEL