Akhir pekan lalu saya menghabiskan waktu dengan teman-teman untuk berkeliling Karawang demi menghilangkan kejenuhan satu minggu yang padat ini. Lelah menjelajah kota, kamipun kembali ke tempat kami tinggal untuk sementara ini. Tiba di bawah flyover Plaza Cikampek, saat menyusuri tepian rel kereta kami melihat seorang penjaja sate yang tak jauh dari pos perlintasan kereta. Tulisan yang tertera di tempat dagangannya cukup besar dan menarik hati. “MARANGGI” begitulah yang tertulis.
Kamipun memesan sate ini dan menikmatinya sembari berbincang dan mengamati padatnya kendaraan yang menunggu kereta melintas. Sate maranggi ini ternyata berbeda dengan sate padang ataupun sate lainnya. Perbedaan pertama yang saya amati adalah bahan dasar dagingnya. Sate ini tidak menggunakan daging ayam atau kambing melainkan daging sapi. Kedua adalah bumbu satenya. Jika sate pada umumnya menggunakan saus kacang maka sate ini menggunakan bumbu yang bagi saya tampilannya lebih mirip dengan sambal kecap. Namun anggapan saya ini salah besar. Berdasarkan penelusuran dari Wikipedia ternyata bumbu sate maranggi terbuat dari kecap, sambal cabai hijau ditambah sedikit cuka lahang (cuka yang terbuat dari aren). Saat disajikan, bumbu kecap itu dilengkapi dengan irisan bawang merah dan tomat segar. Sate ini biasanya disajikan dengan ketan bakar, sambal oncom atau nasi timbel.