Semalam, saya mendapat sms dari seorang kawan kompasianer sahabat saya. Smsnya berisi curhat (alih-alih keluhan) tentang kondisi kompasiana sekarang ini.
“Sekarang kompasiana isinya ngajak perang melulu. Dulu kupikir ini social blog yang isinya orang cerdas dan mapan. Gak taunya makin banyak orang gila yang membutuhkan eksistensi diri.”
Saya tidak kaget dengan smsnya karena memang demikianlah kondisi social blog ini sekarang. Banyak anggotanya yang lebih senang berdebat secara tidak sehat ketimbang mengedepankan etika serta sopan santun untuk mewujudkan tagline yang diusung tim kompasiana, sharing and connecting. Diskusi yang membabi buta kadang saya lihat di beberapa tulisan yang mengundang kontroversi. Sungguh disayangkan jika sudah seperti ini. Spirit berbagi dan menjalin relasi sudah tak ada lagi. Yang tampak hanya saling menyudutkan demi meraih popularitas siapa pemenang dan siapa pecundang.
Sudah satu tahun saya bergabung dengan kompasiana. Ada banyak hal dan peristiwa menarik yang terjadi dan layak untuk menjadi catatan saya di kemudian hari. Banyak pengalaman berharga yang saya dapat selama satu tahun bergabung di sini. Mulai dari kisah curhat hingga pengetahuan baru dan opini-opini publik yang dibentuk oleh para penulisnya.
Kompasiana, sebuah social blog yang kini mulai diperhitungkan di kancah per-blog-an Indonesia. Saya ingat, tahun lalu ketika HUT pertama Kompasiana di Marios Place Cikini Jakarta, Taufik Mihardja (sebagai Super Admin), memberikan tantangan kepada kompasiana untuk bisa menembus 100 besar peringkat alexa.com di tahun 2010. Dan kini, Taufik boleh berbangga hati karena target telah tercapai.
Seperti yang pernah saya baca pada status facebook seorang admin kompasiana, bahwa saat ini kompasiana telah berhasil menembus 100 besar peringkat web paling sering dikunjungi di Indonesia berdasarkan pada pemeringkatan oleh alexa.com. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan, terutama untuk para penggagas kompasiana, jajaran admin, dan kita para kompasianer. Dengan masuk 100 besar, artinya para pengakses kompasiana sangatlah banyak. Trafic kompasiana menjadi ramai, para pengiklan pun mulai berdatangan dan diselenggarakan dalam bentuk lomba.
Kompasiana yang ber-tagline sharing and connecting ini telah berhasil menjadi sebuah blog yang kadang dijadikan referensi diskusi di beberapa milist. Tulisan-tulisan kompasianer yang sedang hangat, kadang didiskusikan dan menjadi bahan perbincangan oleh para milister. Ini saya ketahui dari salah satu milist yang saya ikuti.
Tak salah jika jajaran admin mengganti tagline dari Journalist blog networking (CMIIW) menjadi sharing and connecting karena di dalamnya tidak hanya para jurnalis saja yang terlibat, namun penulis pemula seperti saya pun dapat turut berkontribusi.
-hs-
Berbicara tentang tagline sharing and connecting, sepertinya itu adalah tagline pilihan admin yang dirasa pas untuk menghubungkan kompasianer yang tersebar di penjuru nusantara dan penjuru dunia. Semua menjadi berasa lebih dekat berkat adanya kolom komentar yang dirancang langsung tanpa adanya moderasi seperti halnya kompasiana lama. Kemudahan untuk melakukan registrasi dan menjadi kompasianer pun turut menjadi andil dalam memudahkan sharing and connecting ini. sehingga ketika ada hal yang ingin didiskusikan (alih-alih kata debat), maka seseorang yang tadinya hanya silent reader tanpa punya akun di kompasiana, segera membuat akun dan larut dalam diskusi tersebut. Sungguh sebuah kemajuan menurut saya, karena dapat menghubungkan segala macam orang dari beragam profesi dan usia dalam kolom komentar yang berjejer di bawah sebuah tulisan.
Memaknai kembali sharing and connecting, rasanya tak perlu berbual berputar-putar. Kita sudah tahu arti dari sharing adalah berbagi, dan connecting adalah terhubung. Berbagi tentang segala jenis informasi, opini, hingga curahan hati sehingga ada tercipta jalinan antara sesama kompasianer. Tentang jalinannya seperti apa, silahkan anda maknai sendiri sesuai dengan tujuan bergabung di kompasiana ini.
Saya yakin, ketika kita bergabung, kita punya tujuan. Ada yang menginginkan pengakuan akan sebuah eksistensi diri, ingin menunjukkan bahwa saya adalah A atau saya ini B, menginginkan perdebatan sebagai aktualisasi, dan tidak sedikit yang menginginkan persahabatan. Saya memilih yang terakhir. Persahabatan.
Saya juga meyakini, tidak semata-mata jajaran pengelola kompasiana memilih dua kata bahasa inggris, sharing and connecting, kecuali untuk menciptakan jejaring dan persahabatan yang terjalin satu sama lain. Saya sendiri sudah merasakan dan mengalaminya. Saya mendapat banyak kawan-kawan baru, bahkan sahabat-sahabat baru yang mempunyai spirit sama. Kalaupun terjadi diskusi dan perdebatan diantara kami, kami berdebat dan berdiskusi secara sehat, karena kami merasa kami adalah sahabat.