Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Serba Serbi Sensus: Menjelang Selesai

26 Mei 2010   01:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 129 0
[caption id="attachment_1024" align="alignright" width="162" caption="berpose sejenak setelah letih merapihkan data - dok.pribadi"][/caption] Hampir satu bulan ini saya disibukan dengan kegiatan yang menjadi pengalaman baru bagi saya. Ya, apalagi kalau bukan sensus penduduk 2010. Dimana pada pelaksanaan SP 2010 ini saya terlibat langsung menjadi koordinator tim untuk dua wilayah rukun warga di salah satu kelurahan di kota tempat tinggal saya. Tidak hanya menjadi pengawas di lapangan terhadap para petugas lapangan tim saya, namun juga turut terjun langsung mengetuk pintu dari satu rumah ke rumah lainnya. Ada banyak peristiwa dan pengalaman yang kami lalui. Suka duka satu bulan melaksanakan pendataan akhirnya akan menjadi kenangan manis untuk diingat dikemudian hari. Alasan itulah yang menjadi penguat bagi saya untuk membaginya disini. Tercatat saya membuat 9 tulisan selama pelaksanaan SP 2010. Sungguh, saya tidak mempunyai ekspektasi ataupun tujuan tertentu dengan membagi cerita saya disini. Apalagi jika ada tuduhan bahwa saya menelanjangi subjek sensus penduduk melalui tulisan-tulisan saya. Duh, terlalu picik rasanya jika ada yang berpikir demikian, hehehe. Dari total hampir 550 rumah tangga yang kami data, dengan jumlah jiwa sebanyak 2124, kami menemukan banyak cerita. Mulai  dari menjadi tempat curhat tentang keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendapat Beelte hingga tuduhan teroris karena di awal ketika penelusuran wilayah, kami hanya bersendal jepit, hahaha… what a nice memories. Banyak pengalaman dan  hikmah yang bisa saya petik dari kegiatan sepuluh tahunan ini. Pertama adalah kesabaran saya yang harus saya latih ketika bertemu dengan karakter orang yang bermacam-macam. Disini saya harus memposisikan diri sebagai seorang servant, Pelayan masyarakat.  Apapun kondisi warga, mereka adalah raja. Entah caci maki, atau kebaikan, pasti harus kami telan mentah-mentah. Kedua adalah kedisiplinan. Saya dan anggota tim harus mematuhi jadwal yang kami buat jika kami ingin menyelesaikan pekerjaan sesuai yang kami jadwalkan. Ketiga adalah kerja sama tim. Apalagi saya dijadikan team leader, saya disini belajar bagaimana caranya menjadi manajer atau pimpinan. Ternyata tidak mudah lho. Saya menjadi tahu bahwa menjadi pemimpin yang baik itu (setidaknya menurut versi saya) adalah dengan memberi contoh langsung, bukan dengan memerintah tunjuk sana sini. Saya pun belajar bagaimana caranya berhadapan dengan orang anti pemerintah. Berhadapan dengan orang-orang yang memiliki kesibukan sehingga jarang berada di rumah. Belajar berhadapan dengan masyarakat yang sangat sangat heterogen. Dari kalangan atas hingga kalangan bawah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun