Bakti sosial, atau bakti lingkungan, atau apapun namanya, adalah kegiatan yang kami gagas sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan kopdar II di TIM. Tidak ada tujuan untuk menjadi pahlawan sama sekali, namun murni untuk memberikan sedikit kontribusi dari kami bersama-sama. Daripada kami melaksanakan kopdar yang Cuma diisi obrolan-obrolan tanpa makna, maka kami mencoba melakukan sesuatu yang berbeda. Terjun langsung menginjak tanah, menyusur sungai hingga tak terasa pakaian sedikit basah.
~hs~
Berangkat dari kaki Gunung Manangel hari sabtu pagi, saya sengaja bertandang ke Jakarta kembali. Segala ketakutan dan trauma tentang kota kapital negeri ini, saya singsingkan. Saya memilih pagi untuk menghindari macet di kawasan puncak. Karena hari sabtu adalah tempatnya orang-orang kota besar hijrah ke daerah-daerah yang adem seperti puncak, cipanas, dan sekitarnya. Ah, memang saya salah prediksi, ternyata saya tetap terkena imbas orang-orang yang sedang berlibur itu. macet.
Saya sengaja bermalam di kota besar yang berhawa tidak ramah bagi saya tersebut. Sempat keder dan ketar-ketir juga malam minggu di Jakarta. Bukan karena saya jarang berkunjung ke tempat-tempat keramaian, tapi karena teman yang mau saya kunjungi tidak bisa ditelepon. Kebingungan tapi akhirnya menyenangkan. Fiuhhh, perjuangan! Perjuangan demi memberikan sedikit kontribusi untuk sebuah kawasan konservasi hutan bakau bernama Muara Angke.
Hari minggu pagi, sekitar pukul tujuh, sang panitia Jimmorison menelepon saya. Seperti biasa, menanyakan posisi saya ada dimana. Menteng, tepatnya daerah kalipasir menjadi tempat transit melepas penat saya dan bermalam di tempat kost teman semasa SMA dulu. Cukup berjalan kaki sepuluh menit ternyata, saya bisa sampai di TIM pagi-pagi. Satu demi satu kami berkumpul, tapi sayang ada keterlambatan bus yang datang menjemput kami. Kebersamaan! Itulah yang kami ciptakan ketika kami berkumpul. Egaliter, semua sama. Sama-sama kompasianer. Sama-sama tukang baca, tukang tulis, tukang komentar.Tidak ada beda. Kami bersatu dalam sebuah bis yang terbilang cukup sederhana namun tangguh. Mengantar kami menuju titik bernama Muara Angke.