Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Mengapa Spanyol Bisa Kalah?

20 Juni 2014   00:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:04 140 0
Sebagai Juara bertahan dan tim yang tampil fantastis 4 tahun lalu, Spanyol diharapkan bisa tampil cemerlang. Kalau perlu, bisa mempertahankan gelar juaranya. Sayangnya, kalah telak dari Belanda dan Chile mengharuskan spanyol siap-siap untuk angkat kaki lebih cepat dari negara sepakbola Brasil. Tentu tidak kurang pengamat sepak bola yang memberikan perhatian dan analisanya mengapa Spanyol sampai kalah dalam dua pertandingan terakhir. Analisa mereka bagus-bagus dan masuk akal. Sebagai pengamat sepak bola, tentu mereka punya referensi yang bagus berdasarkan data-data mereka.
Tidak mau kalah, saya juga akan memberikan pendapat saya sendiri. Sekalipun tidak didukung dengan profesi sebagai penggiat olahraga, namun saya mengamati benar apa yang terjadi selama 2x45 menit semalam.
Kekalahan Spanyol sangat berkaitan erat dengan kegagalan FC Barcelona mengangkat piala musim ini. Tim yang dahulu sangat berkuasa, serta merta miskin gelar. Mari kita bicara dulu soal Barcelona.
Banyak pakar mengatakan bahwa masa keemasan Barcelona sudah berakhir. Sepakbola tiki-taka yang fantastis dapat dengan mudah dikalahkan dengan strategi parkir bus dan merebut bola. Kenyataannya, memang benar, Barcelona tak mengangkat satu pu piala musim ini.
Kegagalan Barcelona menebarkan pesimisme di Spanyol akan keampuhan tiki-taka  dan segitiga emas itu. Rupanya hal ini juga berlaku di Timnas. Saya melihat pola permainan spanyol sudah berubah. Mereka tidak lagi menggunakan tiki taka, Xavi dan Iniesta yang menjadi ruh permainan tiki-taka tidak diturunkan secara bersamaan. Perkiraan saya, Del Bosque ingin memanfaatkan kelincahan Iniesta mendribel bola bukan kemampuan tiki takanya. Permainan Spanyol yang dulu sarat tiki-taka sekarang sudah beraroma total football. Sesuatu yang bukan menjadi keahlian mereka.
Singkatnya, mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

Bayangkan jika anda melakukan sesuatu yang bukan merupakan keahlian anda. Tentu tidak akan sebaik jika anda melakukan bidang pekerjaan anda. Demikian juga, para punggawa Spanyol itu berusaha memainkan sepakbola dengan gaya yang tidak mereka kuasai, karena percaya gaya mereka tidak bagus. Kegagalan Barcelona menjadi momok tersendiri.

Teori Parkinson mengatakan lebih baik kita mempelajari apa yang menjadi keahlian kita daripada belajar menutup kekurangan kita. Jika yang kita memfokuskan pada kekuatan kita, maka perbandingan progress dan usaha itu akan baik. tetapi jika kita berusaha menutup kekurangan kita, maka usaha yang diperlukan akan jauh-jauh lebih besar. Saya rasa jika Spanyol tetap konsisten dengan konsep segitiga para pemainnya dan penguasaan bola, maka Spanyol tidak akan mudah dikalahkan.

Entah kemana tiki-taka, penguasaan bola dan konsep segitiga pemain Spanyol tadi malam. Saya melihat mereka berusaha melakukan yang bukan keahlian mereka. Mereka tidak menjadi diri sendiri dan rupanya bayang-bayang kegagalan Barcelona menggelayuti wajah mereka. Apa lacur...nasi sudah menjadi bubur. Tetaplah berusaha, paling tidak membeli ayam dan kerupuk. Agar bubur ini naik pangkatnya menjadi bubur ayam. Selamat jalan Spanyol. Selamat berjuang Argentina.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun