Sekarang Nurmahmudi memasuki periode 5 tahun kedua sebagai walikota Depok setelah memenangi Pemilukada satu tahun yang lalu. Program betonisasi juga masih terus berlanjut dibeberapa jalan-jalan di Kota Depok. Namun saya masih menjumpai beberapa bagian jalan yang dibiarkan rusak, sementara bagian lainnya bagus. Saya ambil contoh jalan raya Citayam dari Jembatan Serong jalannya bagus karena dicor atau dibeton, yang dimulai dari pertigaan Pitara sampai gang menuju pesantren Qotrun Nada. Setelah itu jalannya berlobang dan rusak parah sampai kurang lebih 100 meter menjelang persimpangan ke komplek pertanian ke kanan, dan ke stasiun Citayam ke arah kiri. Maksud saya dipersimpangan itu jalanan mulai rusak lagi bahkan tidak ada penerangan di malam hari.
Tadinya saya amati mungkin belum gilirannya diperbaiki atau ditambal tapi setelah berlangsung berbulan-bulan tidak ada tanda-tanda perbaikan saya mulai curiga. Saya mencurigai adanya diskriminasi pembangunan di daerah-daerah tertentu. Dan teman saya yang tinggal di dekat situ Citayam yang jalananya parah pernah bilang : orang-orang sini pada gak milih Nurmahmudi sih kemaren..." Saya tidak tahu apakah benar atau hanya perasaannya saja tapi saya amati ada benarnya juga. Jalan yang sudah bagus dari arah Jembatan Serong ke arah Citayam dipersambungan tengah-tengah antara cor-coran yang cekung segera ditambal dengan aspal. Sementara jalanan yang jelas-jelas rusak parah tidak ada perbaikan berbulan-bulan. Jalanan yang rusak ini sangat berbahaya di musim hujan. Banyak kendaraan roda dua yang terperosok atau terpental karena lubang-lubang itu tertutup genangan air.
Saya jadi ingat jaman Orba dan Golkar dulu. Pemerintah Soeharto yang dimenangi Golkar melakukan pemetaan. Daerah mana saja yang hijau (yang dimenangi PPP), kuning (dimenangi Golkar) dan merah (dimenangi PDI (tanpa P)). Biasanya daerah-daerah kuninglah yang pembangunan insfrasturkturnya paling bagus dibanding daerah hijau atau merah. Para jurkam kuning biasanya mengancam ketika kampanye : kalau ingin daerahnya maju rakyat harus pilih golkar. Dan rakyat tak punya banyak pilihan. Apakah demikian juga dengan Nurmahmudi?