Benar bahwa SBY itu banyak kekurangan sebagai manusia atau pemimpin, tapi dia adalah pemimpin yang dipilih oleh mayoritas rakyat. Seorang demokarat sejati (bukan orang partai demokrat) akan mendukung apapun pilihan rakyat, terlepas dari ketidaksukaannya kepada pemimpin tersebut. Karena pemimpin tidak bisa bekerja sendirian maka dibutuhkan dukungan yang salah satunya adalah sifat kritis dari masyarakat, para tokoh, cerdik cendikia dan media. Tapi bukan berarti semua yang dilakukan presiden pasti salah dan gagal.
Saya mencatat beberapa orang yang memang punya "bawaan" apriori terhadap SBY dan siap "memuntahkan" kata-kata atau komentar untuk menyerangnya. Dan orang-orang ini banyak diberikan "panggung" oleh media. Sebutlah tokoh-tokoh seperti, Permadi, Bambang soesatyo, Ikrar Nusa Bakti, Effendi Gozali, Rizal Ramli, Fuad Bawasir, Akbar Faisal, Dien Syamsudin, dan beberapa yang lain. Ketika mendapat tempat di media untuk mengomentari sesuatu berkenaan dengan SBY sebagi pribadi maupun kepala pemerintahan maka "peluru" yang keluar sudah bisa kita tebak.
Jika SBY melakukan kesalahan atau kegagalan, itu mudah ditebak bahwa komentar yang akan keluar dari mulut mereka. Tapi jika SBY melakukan suatu prestasi, mereka tersenyum sinis dan berkomentar :
- Ah, itukan politik pencitraan.
-Ah itu kan data-data di atas kertas.
-Ah, dia itu memang pandai retorika.
-Ah, itu cuma pengalihan isu.
-Ah, dia itu sedang tebar pesona.
Dan beberapa "ah" yang lain yang intinya mereka tidak melihat sisi positif dari SBY.
Ada beberapa kemungkinan mengapa SBY begitu dibenci tapi menurut saya karena kepopuleran dia selama pemilu 2009 yang lalu. Begitu banyak caleg yang berkwalitas gagal ke senayan karena partai kendaraan mereka kalah populer dibanding Partai Demokrat. Partai-parti menengah seperti Partai Bulan Bintang, Partai Bintang Reformasi, PKPB, PKPI gagal meloloskan wakilnya ke senayan pada pemilu 2009 yang lalu walaupun di dapil mereka mendapatkan suara yang cukup signifikan. Sedangakan partai-partai besar seperti Golkar dan PDIP suaranya anjlog cukup jauh.
Sejauh ini saya hanya mencatat satu orang dari partai Golkar yang cukup gentlemen. Dia adalah Priyo Budi Santoso. Dia mengatakan (kurang lebih) : "Kami akui kepopuleran SBY kali ini tidak terbendung. Walaupun partai kami telah berusaha bekerja sangat maksimal tapi hasilnya seperti ini. Untuk itulah saya ucapkan selamat kepada beliau."
Seperti halnya Soekarno, Soeharto, Habibie, Megawati, Gus Dur, SBY juga punya kekurangan, tapi bukan berarti dia tanpa prestasi. Mari tetap kritis tapi fair dan sportif...