Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Aku Memang Katro (Puas?)

30 September 2011   18:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 233 0
Foto di atas adalah foto yang kujadikan foto profil di KOMPASIANA. Aku perlu menjelaskan perihal foto ini karena ada dua kompasioner yang mencoba menyerangku dengan kata-kata yang cukup "nylekit" untuk didengar. Pertama ada seorang kompasioner yang kalah berdebat denganku ketika sama-sama komen di tulisan orang, dia bilang : "Eh, dasi luh ga cocok tuch..!" . Dia mengatakan itu karena kalah berargumentasi denganku. Bahasa yang digunakan "LU" menandakan bahwa dia merendahkanku karena kami tidak saling kenal dan akrab. Yang kedua ada seorang kompasioner baru yang baru bergabung hari ini (tanggal 30 September) dan belum mengirimkan satu tulisanpun yang berkomentar di tulisanku. Di akhir tulisannya dia bilang :"...  bikin kritikan yang intelek ... malu donk sama dasi.." Tujuanku gabung di KOMPASIANA adalah untuk sharing dan berteman. Setiap ada kompasioner yang ingin berteman langsung aku klik : konfirm karena aku senang berteman. Kemudian dalam mengirimkan tulisan aku sangat amat hati-hati agar tak melukai siapapun karena di sini sangat hetrogen anggotanya. Biasanya aku mengirimkan tulisan berupa pengalamanku dulu dan kehidupanku sehari-hari, apa yang kulihat di tivi, yang kudengar di radio, yang kubaca di koran, yang kudengar di warung-warung kopi, dan segala impianku. Sebagian dari tulisanku berisi kritikan terhadap sesuatu yang tidak semestinya. Semua yang kutulis berdasarkan data yang kucari dari google, wikipedia dan situs yang bersangkutan. Misalnya aku mau mengritisi acara di sebuah stasiun televisi karena tidak mendidik, maka sebelum aku tulils di sini aku klik dulu di google judul acara itu kemudian aku klik juga situs dimana acara itu dibuat (bisa stasiun televisi atau production house). Intinya semua yang kutulis disertai data-data yang akurat, jadi aku siap untuk berargumentasi dengan santun jika ada yang tidak setuju dengan tulisanku. Kembali ke foto profilku di atas. Itu memang katro. Tapi apakah itu mengganggu Anda? Sama sekali tidak! Perlu Anda ketahui bahwa foto itu diambil ketika aku masih menjadi "kere" sekitar tahun 2007. Aku masih menumpang di rumah mertua setelah menikah waktu itu. Badanku masih kurus waktu itu, kurang dari 50 kg. Terus latar belakang peta Jakarta aku beli di pedagang asongan di bis kota di Jakarta. Dasi yang dipersoalkan itu hanya buat narsisme semata, tidak ada hubunganya dengan intelek, mode, fashion atau status sosial. Aku dapatkan dasi itu di pasar loak Pasar Senen Jakarta 10 ribu tiga buah. Foto yang digunakan bukan foto digital tapi kodak jadul yang diisi film (klise) dan tidak ada pencahayaan dan rekayasa (seperti photosop misalnya). Setelah dicetak dan dibiarkan agak lama kemudian aku scan di warnet untuk dimasukan di blog pribadiku. Sekarang kehidupanku membaik. Kalau aku pulang kampung semua pangling karena aku tidak kurus lagi, tapi sudah seperti bos (karena perutku yang agak buncit). Aku juga sekarang punya foto digital, komputer dan laptop. Semua foto yang kuambil sekarang kwalitasnya lebih baik dan bisa kurekayasa lagi dengan photosop di komputerku. Tapi foto di atas adalah sejarah buatku : ketika aku masih kere dan katro. Aku berharap dengan tulisan ini tidak ada lagi yang mempermaslahkan dasiku yang selalu diasosiasikan dengan intelek dan status sosial...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun