Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Ustadz Arifin Ilham yang Kukenal

20 November 2011   05:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 38156 3
[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="gambar dari tabloidbintang.com"][/caption] Kemarin pagi aku melihat infotainment yang memberitakan pernikahan kedua (poligami) Ustad Arifin Ilham. Katanya istri keduanya adalah seorang mahasiswi berusia 21 tahun dan sekarang sedang hamil. Di headline tabloid-tabloid infotainmentpun dibahas walaupun tidak kubaca. Ada judul besar : "Setelah AA Gym kini giliran Arifin Ilham yang berpoligami". Mungkin untuk mengingatkan bahwa ustad setenar AA Gym bisa "jatuh" karena poligami, dan sekarang Arifin Ilham mengikuti jejaknya. Lalu apakah nasibnya akan seperti nasib AA Gym? Aku tidak akan membahasnya soal itu, aku hanya akan bercerita apa yang kutahu tentang dia. Aku mengenal dia bukan secara pribadi tapi aku pernah menjadi jamaah dzikir yang dipimpinnya di Mampang Indah Dua, Depok. Sebenarnya tak sengaja aku mengenal sang ustad. Sore hari ketika itu aku mendengarkan radio Music City FM. Dari namanya kita bisa tahu kalau radio yang stasiunnya berlokasi di Mampang Jakarta Selatan itu mengkhususkan pada penyajian musik dan memang sebagian musik yang diputar adalah musik barat. Nah, setiap hari Senin sore ada acara tentang dzikir yang dibawakan Ustad Arifin Ilham. Dalam acara ini dia selalu menekankan pentingnya dzikir dan mengundang para listener radio itu untuk hadir tiap hari Minggu pertama awal bulan di kediamannya di Mampang Indah Dua, Depok. Setiap break acara diselingi oleh lagu barat yang dia sukai. Aku masih ingat ada lagunya Brian Adam : Everything Ido, I'll do it for you. Dalam hatiku ketika itu, "nih ustad gaul juga," karena biasanya ustad mengharamkan musik apalagi musik barat. Ternyata setelah kubaca riwayatnya dia itu lulusan fakultas hubungan internasional dari Universitas Nasional (Unas). Hmm, pantas selera musiknya dan kemampuan Bahasa Inggrisnya sangat bagus. Pada hari sebelum tujuhbelasan awal tahun 2000an (aku lupa persisnya) aku membaca spanduk di depan perumahan Pesona Depok, samping Plaza Depok, Jalan Margonda Raya. Di situ tertulis : Hadiri zikir akbar dalam rangka hari kemerdekaan bersama Ustad Arifin Ilham. Nah, kebetulan pas tanggal 17 Agustus aku tidak ada acara dan aku menyempatkan diri untuk datang ke acara itu. Oh ya, sang ustad selalu menyarankan jamaahnya untuk mengenakan pakaian putih-putih tapi berhubung aku tidak punya celana putih aku mengenakan baju koko putih, peci putih dan celana hitam. Acaranya sungguh luar biasa, banyak jamaah yang menangis ketika zikir itu memasuki tahap sujud. Semua jamaah sujud syukur yang dipandu sang ustad dengan ucapan-ucapannya yang "mengoyak-oyak" perasaan. Acara itu diakhiri dengan doa tentang renungan kemerdekaan. Lagi-lagi kulihat banyak jamaah yang menangis histeris dan tersedu-sedu. Setelah selesai sang ustad lagi-lagi mengundang jamaah untuk hadir di majlis zikirnya di Mampang Indah Dua. Sejak saat itu aku mulai aktif menghadiri zikir akbar Ustad Arifin Ilham tiap hari Minggu pertama awal bulan. Pada awalnya jamaahnya hanya meluap di sekitar mesjid yang berdekatan dengan rumahnya. Lama-lama karena pemberitaan media dan undangan sang ustad yang semakin sering, jamaah tiap awal bulan membludak sampai tidak muat jalanan di sekitar mesjid. Rumah-rumah di sekitar Mampang Indah Dua dijadikan tempat untuk zikir bagi jamaah yang tidak kebagian tempat. Minggu-minggu berikutnya jamaah semakin banyak karena banyak bis-bis besar rombongan dari luar jabodetabek. Pernah kulihat ada dua bis besar rombongan daerah sebuah kota di Jawa Timur. Mungkin itu yang menjadikan dia berpikir untuk pindah ke Sentul karena orang Depok jadi tak nyaman setiap ada kegiatan zikir di Mampang Indah. Jalan Raya sawangan macet total karena banyaknya mobil pribadi dan bis-bis rombongan yang datang ke tempat zikir. Dibanding Ustad lain yang suka "melawak" dan cenderung "menyerang" pihak lain Ustad Arifin Ilham menekankan pada perbaikan akhlak pribadi masing-masing. Sebelum zikir dimulai biasanya sang ustad memulainya dengan tauziah atau ceramah pembuka dengan paparan introspeksi pada diri masing-masing. Sang ustad selalu memanggil para jamaah yang lebih tua dengan sebutan : Ayahanda, Ibunda dan Kakanda. Begitu juga ketika ingin meng-address seorang tokoh, dia menggunakan kata itu. Contoh ketika Taufik Kiemas datang ke zikir akbar itu dia menggunakan kata, "ayahanda Taufik Kiemas yang nanda hormati". Yang berbeda lainnya adalah penghormatannya pada pedagang di sekitar area zikir. Mungkin sekarang banyak mesjid yang melarang pedagang menggelar dagangannya di sekitar area mesjid. Ustad yang satu ini justru berpesan pada para jamaahnya untuk jajan atau membeli oleh-oleh sebelum pulang setelah zikir. Ustad lain jarang yang menyuruh jamaah yang hadir untuk jajan atau berbelanja. Setelah menikah dan pindah ke kampung istriku aku sudah tidak aktif lagi mengikuti zikir bersama sang ustad. Sekarang dia membangun mesjid besar hasil sumbangan Almarhum Muamar Kadafi di Sentul Bogor. Mertuaku sekarang yang aktif pergi ke Sentul bersama rombongan dari kampung istriku ini. Yang berbeda dari sang ustad sekarang ini yang kutahu bahwa dia memelihara jenggot dan memakai celak mata. Dan berita terbaru kini dia berpoligami. Pasti sudah dipikirkan matang-matang semua tindakannya. Tentang orang yang memprediksi bahwa nasibnya akan seperti AA Gym, ditinggalkan jamaahnya setelah poligami, aku tidak mau berkomentar. Tapi yang kutahu tentang sang ustad adalah dia bukan wahabi. Dan dia sering mengungkapkan pada para jamaah zikirnya bahwa ada sebagian orang yang menganggap sebagian zikir yang dia pimpin adalah bid'ah. Tapi dia tak peduli karena dia punya dalil-dalilnya. Wallahu alam...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun