Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mencaci Tuhan Karena Surga Tidak Seindah Yang Dibayangkan

26 Juni 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:32 110 1
Ia dan perjalanan, kata memulai untuk sebuah lukisan liku kehidupan.
deduri selalu menjadi teman setia untuk menoreh pahitnya kehidupan.
derap langkah kaki selalu setia membuat gema kebencian untuk katakan ini adalah perjalanan.
dinginnya malam menjadi selimut penutup hidangan terik mentari.
Merasuk dalam naluri ketika beberapa tahun yang lalu.
selalu membayang dalam benak, syahdunya bacaan ayat ayat alkitab.
indahnya khotbah kyai, pendeta  dan meraka para pembawa surga
Indahnya surga untuk kita yang bersedia.
Tuhan ku, Tuhan Mu
ia tak tahu harus melukis apa diantara jejemarinya yang lemah.
ia tak tahu harus mewarna dengan indahnya surga kah kini ?
ia tak tahu masihkah ia bisa bertenggadah untuk  surga
dan ia tak tahu masihkan malaikatnya tersenyum untuk mencatat nilai dosa
ia tak tahu.
Tuhan, Ia tahu surga bukanlah perjalanan hidupnya
ia tahu surga bukan tentang matahari dan derap langka atau dinginnya malam gelap
ia tahu, surga bukan kardus bekas alas tidur malamnya
dan ia tahu senyum duka membuat ia tak ada.
Tuhan layak sudah ia  mencaci
mencaci akan diri karena dosa tak berujung walau tahuku KAU penghapus untuk bulir bulir dosa
mencaci karena surga bukan lah dunia
mencaci  untuk perjalanan panjang pahitnya kehidupan
dan ia tak tahu siapa yang salah, sipa yang berdosa, siapa yang memiliki surga
Dengan senyum ia berkata
surga dia yang berkuasa untuk melukis hisapan darah dalam nadi Rakyat jelata.
**lelah untuk satu pengharapan
by : Darmanto Hadi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun