Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Masa Adven Minggu Pertama: Menanti dengan Bijak, Selama Tinggal di Dunia

28 November 2010   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:13 1377 2
Penantian apa yg paling lama pernah kita lakukan? Bagaimana kalau tanpa sadar kita harus menanti seumur hidup kita?
Menanti yang jelas berarti keadaan kita sekarang, bukanlah apa yang kita dambakan, atau bukanlah apa yang seharusnya kita dapatkan.
Menanti antrian, jelas berarti di ujung nanti, ada sesuatu yang mau kita dapatkan.
Menanti di bandara, jelas bandara itu bukan tujuan akhir kita.
Menanti berarti apa yang kita mau belum datang atau terjadi.

Pernah iklan sebuah produk menggambarkan waktu harus menunggu lama di airport, ada orang-orang yang membuka tenda mereka dan mencoba menciptakan suasana seakan-akan mereka saat itu sudah berada di tujuan akhir mereka. Rekreasi, bersenang-senang, bersantai bersama dan menikmati keadaan dengan tidak menghiraukan bahwa mereka masih berada di tempat yang kaku seperti bandara, berlantai keras dan udara dinginnya buatan.

Memang menanti mudah membuat seseorang tidak sabaran, bosan, tidak enak.
Jadi tidak salah kalau iklan tadi seakan anjuran untuk menikmati saja dulu proses menanti itu, kalau semua dibawa asyik, tentu menunggu juga jadi tidak terasa lama.

Umat Kristiani memasuki minggu Adven pada hari ini. Masa penantian menjelang peringatan Natal ini jelas mengingatkan kita, tujuan akhir belum terjadi. Kita masih hidup di masa penantian, hidup sekarang ini hanya tempat transit seperti bandara saja.

Seperti para penjaga malam, diingatkan untuk menjadi bijak demikian kita yang menantikan Fajar yang sejati diminta untuk menjadi bijak.
Hidup yang kita punya dengan segala kesibukan mulai dari pagi hari, perjalanan tahun ke tahun dengan berbagai target dan impian, menjadi hiasan dan pengisi hidup selagi kita menunggu kedatanganNya.

Masa Adven membantu kita berhenti sejenak. Mengingat segala yang dibangun dengan tangan kita, yang dicapai sejauh langkah kaki kita, setinggi impian kita, dilakukan dalam pengharapan atas datangnya hari penghabisan kita di dunia ini.
Tuhan melalui hambaNya, mengingatkan kita, hidup di dunia ini hanya seperti kemah sementara saja.
Bila tanpa sadar, yang kita lakukan adalah mengisi tenda itu dengan segala pencapaian dan menjadi tumpuan akhir kita, maka berhati-hatilah, bila Sang Tuan itu datang.

Memaknai tempat sekarang ini sebagai sesuatu yang sementara, tidak mudah bagi siapa pun juga.
Orang-orang yang kita sayangi ada di sekitar kita. Hasil kerja keras kita terus kita tuai dan nikmati, dan setiap hari kita mengakhiri hari dengan sebuah tempat tujuan akhir kita. Belum lagi semua perjuang keras, proses menunggu yang diakhiri dengan keberhasilan. Menutup hari, sampai esok kembali beraktifitas dan mengisi kehidupan. Begitu terus, nyala dan padam, maju dan berhenti, maju lagi.
Dengan segala hal yang bisa dicapai dan dilakukan, tidak mungkin dunia ini hanya tujuan sementara bukan?

Sayangnya iya. Tuhan mengingatkan, ada sebuah tempat yang Ia sediakan bagi kita. Ada tempat maha indah, yang membuat segala kelengkapan dan kenyamanan dunia ini menjadi hampa. Karena kita berkumpul kembali dengan Pencipta kita, karena kita akan pulang ke Rumah kita nan sejati.

Menunggu berarti menyadari, kita bukan berada di tujuan akhir kita. Menunggu di bandara tidak dimaksudkan agar kita terlalu asyik dan sibuk hingga lupa untuk apa kita berada di bandara tersebut. Kita bisa membangun dan mengisi hidup ini dengan segala keindahan dan kebaikan bersama. Kita bisa mencapai banyak hal dan tertawa dalam kebahagiaan banyak hal. Tapi banyak pesan Pencipta pula yang harus kita kerjakan, supaya nanti kelak bertemu di Surga Mulia, kita dapat menghadapNya dengan penuh rasa sukacita.

Selamat menunggu, selamat menunggu bersama-sama dengan bijak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun