[caption id="attachment_219307" align="alignleft" width="320" caption="Sebuah motor sedang menikung tajam di arena balap liar di seputaran Lampineung/Foto: hinamagazine.com"][/caption]
BAGI sebagian orang, berwisata malam tentu bisa menyenangkan. Banyak kita lihat di berbagai stasiun televisi acara yang diliput pada malam-malam hari kadang memberikan suasana yang tersendiri. Ada hal yang menarik, mungkin bisa disimak dibalik sisi wisata malam yang ada di Kota Banda Aceh maupun kota-kota lain di Aceh. Salah satunya adalah wisata liar di tengah malam, wisata liar yang satu ini lebih tepatnya dikenal oleh masyrakat setempat dengan balap liar (sepeda motor). Melihat kota Banda Aceh dari dekat, memang bisa kita golongkan sebagai wacana bandar wisata Islami, apalagi dengan spanduk-spanduk yang bertebaran untuk mengkampanyekan Visit Banda Aceh 2011. Namun, dilain sisi objek wisata yang layak dikunjungi orang ternyata tidak hanya berada pada satu sisi atau budaya saja, melainkan pada wisata yang berbau liar ternyata gemar digemari atau ditonton oleh warga setempat. Malam minggu, itulah waktu yang tepat bagi Anda yang ingin mengitari kota Banda Aceh untuk melihat keindahan malam. Diantara jam tengah malam, itulah waktu bagi Anda untuk menyusuri kawasan-kawasan yang memang banyak dikerumuni oleh kalangan muda-mudi baik remaja atau dewasa. Sebut saja kawasan Lampineung, tepatnya di depan kantor Gubernur Aceh dan sederetan gedung-gedung pemerintahan dan juga pendidikan itu setiap malam minggu setidaknya pasti ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan bahkan orang-orang pendatang dari luar kota. Sepintas saya melewati jalan tersebut, sekitar jam 23.00 WIB. Suara bising dengan sederetan motor yang sudah dipermak (tune-up) sedemikian rupa membuat suasana semakin ramai. Bilangan kawasan Lampineung memang merupakan jalan umum yang dipergunakan warga setempat, dibalik itu semua saat malam telah larut ajang 'pencarian' bakat para anak muda dipertaruhkan. Berbaur dengan pengguna jalan lainnya, balapan liar dengan tontonan gratis dari warga menjadi sebuah gaya hidup baru untuk mereka anak motor jalanan. Taruhan rupiah, harga diri, dan juga yang paling penting nyawa tepat berada di setiap mata penonton yang terkesima, selebihnya kelihayan mereka dalam mengencangkan gas motornya. Dari sederet penonton di tepi jalan, ternyata mata saya tertuju pada seorang bule yang juga berada pada barisan penonton lengkap dengan sepeda sportnya juga antusias melihat geliat para pembalap liar ini dengan tiarap di atas motornya. Ternyata, para turis yang sering berkunjung ke Aceh, juga sempat menyaksikan wisata liar ini tengah-tengah malam.
Dibalik Aksi Liar Beralih pada wisata malam, memang agenda tersembunyi dibalik pesta taruhan dan juga penggunaan sarana umum seperti ini tidak dapat ditolak lagi bahwa pasti ada terjadi sebuah kongkalikong antar pihak yang mengamankan lokasi dengan para pembalap liar atau biasa disebut korlap (koordinator lapangan). Lain halnya jika tiba-tiba terjadi razia, yang belakangan sering dipelopori oleh pihak polisi serta anggota gabungan lainnya. Suasana balap liar seperti namanya juga akan mencari aman, kocar-kacir serta merta mencari tempat lebih aman atau bisa jadi mencari lokasi trek yang lainnya. Berbicara masalah korban, tentu hal ini tidak dapat dipisahkan dari aksi tersebut. Banyak korban yang berjatuhan, walaupun setaraf hanya luka-luka bahkan sampai meninggal. Bukan saja para pembalap liar, melainkan juga warga yang kadang melintas bisa menjadi imbas tersendiri. Semoga perhatian masyarakat dan juga pihak-pihak yang bertanggung jawab bisa memfasilitasi gerakan wisata liar ini, kalaupun kata sepakat tidak ada berarti sebuah era baru bagi sebagian hobi untuk generasi telah dipertaruhkan atas nama uang semata. Hidup atas nama uang dan juga pujian tidak lain dan tidak bukan hanya sesaat, habis sudah jika nyawa meregang di atas deru mesin yang kuat.[]
Tulisan ini terinspirasi saat melintasi jalan T. Nyak Makam Lampineung pada sabtu malam (7/8) disaat sedang membekali perut untuk terisi. Banyak kawasan lainnya yang dijadikan tempat serupa di Banda Aceh maupun sekitarnya, tidak hanya bilangan Lampineung depan Kantor Gubernur Aceh saja.
KEMBALI KE ARTIKEL