[caption id="attachment_145873" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Facebook.com)"][/caption]
MOLLY Norris, namanya kian memanas di jejaring sosial dua hari belakangan ini termasuk disitus kenamaan Facebook yang menuai protes dari berbagai kalangan akibat ulahnya ikut serta dalam
event atau lomba karikatur Nabi Muhammad di Facebook. Dari situs resminya, Norris akhirnya meminta maaf kepada semua umat Muslim di dunia. Tidak hanya itu, sebagai bentuk penyesalannya, Norris juga membuat kampanye menentang group Facebook yang telah dia buat yang berjudul I joined
"Against Everybody Draw Mohammed Day" on facebook. Kalau dilihat, memang penyesalan selalu datang belakangan. Sementara itu diberbagai belahan dunia, umat Islam telah melakukan berbagai aksi. Pakistan salah satunya yang mengambil langkah memblokir Facebook dan juga YouTube. Sedangkan, negera Indonesia masih saja sibuk dengan urusan pendapat/surat menyurat dan lain sebagainya. Terkait hal ini, Norris sebagai salah seorang kartunis asal AS mengakui memang menerima banyak email soal ajakan menggambar Nabi yang menurutnya hanya bercanda itu. Terhadap pihak yang marah karena Norris tidak mau meneruskan ajakan itu, sang kartunis mengatakan justru email-email yang paling berkesan dikirim oleh umat Islam, seperti yang dikutip oleh
detiknews.com.
Teror Facebook Dampak Facebook sebagai media yang 'netral' belakangan ini memang telah membuat berbagai kontroversi, terutama di negerinya sendiri. Bahkan berbagai kalangan menilai Facebook telah melenceng dari aturan yang ada, termasuk
membuat penipuan dan juga perdagangan data-data dari penggunanya. Sementara itu, Vice President for Public Policy Facebook, Elliot Schrage, juga ikut menanggapi berbagai pertanyaan-pertanyaan seputar hak-hak privasi konsumen, dikutip dari PC World dan New York Times. Paling tidak terdapat 3 kebohongan yang dilakukan selama ini:
Pertama Saat ditanya kenapa Facebook tidak membuat semua setelan privasi di Facebook sebagai 'Opt-in' alias seluruhnya 'private' kecuali pengguna menginginkan dan mengubahnya menjadi 'public', Elliot memberikan jawaban dan argumen yang 'memukau'. "Semuanya opt-in di facebook. Bergabung ke Facebook adalah pilihan. Kita ingin agar orang-orang terus menggunakan Facebook setiap hari. Menambah informasi, mengunggah foto, memposting status baru, menyukai sebuah laman. Semuanya Opt-in. Silakan jangan berbagi informasi, bila Anda tidak nyaman." Padahal, saat bergabung ke Facebook, sebagian besar data-data pengguna baru seperti biografi, interest, postingan, friend, family, relationship, lokasi, edukasi dan banyak lagi, akan langsung terpublikasi oleh publik, karena default setting-nya adalah 'share with everyone'. Ini merupakan model 'Opt out', bukan 'Opt in'.
KEMBALI KE ARTIKEL