[caption id="attachment_204900" align="alignleft" width="135" caption="sumber: poskota.co.id"][/caption] Heboh meledaknya gas elpiji belakangan ini tak luput dari beberapa persoalan mendasar yang tidak ditangani dengan baik sejak awal perencanaannya. Program tersebut terkesan sangat dipaksakan untuk memenuhi target program yang telah dicanangkan pemerintah. Sayang, program yang dilandasi dengan niat mulia itu harus menghadapi kegagalan dengan jatuhnya korban harta dan jiwa akibat tidak matangnya perencanaan terutama pengendalian kualitas produk tabung, regulator dan selang serta minimnya sosialisasi. Sungguh miris mendengar berita bahwa ada sekian juta tabung dan aksesoris (regulator dan selang) yang tidak bersetifikat SNI yang beredar di pasaran. Akibatnya ini pula yang dijadikan kambing hitam masalah yang timbul. Tanpa bermaksud menimbulkan polemik atas peristiwa tersebut, dalam artikel ini saya hanya ingin berbagi pengalaman menghadapi penjual aksesoris kompor gas keliling yang sering beredar di komplek perumahan. Yang menjadi persoalan adalah "penipuan" yang dilakukan mereka. Peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Kala itu hari Sabtu sore ada 3 orang muda (2 perempuan dan 1 laki-laki) meghampiri saya yang kebetulan sedang di berdiri di jalanan depan rumah. Salah satu dari mereka memperkenalkan diri sebagai petugas dari pertamina yang akan memeriksa kompor gas di rumah-rumah. Saya sudah banyak mendengar cerita ini sebelumnya sehingga saya sudah waspada tetapi tetap berusaha untuk menanggapi dengan ramah. Penjual (P): Pak, saya dari pertamina ditugaskan memeriksa kompor gas di rumah-rumah di komplek ini Saya (S): gak usah mas, semua masih bagus kok, baru juga ganti (alasan saya aja) P : tetap harus diperiksa pak, karena itu prosedurnya. S: gak usah mas, biarin aja, saya lagi nunggu orang, lain kali aja P: Nanti bisa meledak loh pak, kalo gak diperiksa dan dipastikan keamanannya. S: ya, saya tahu. lain kali aja ya mas (suara mulai meninggi) P: Saya periksa sekarang ya pak, sambil berjalan semakin mendekat ke pagar untuk masuk ke rumah S: (Mulai hilang kesabaran): mas, saya mesti mengulangi berapa kali supaya kamu ngerti, lain kali aja. P: Sebentar aja kok pak, kita bisa langsung tau kok kalo ada masalah. S: Mas, saya beli semuanya di tempat teman baik saya, sudahlah pulang aja kamu. Apa saya perlu melakukan sesuatu supaya kamu mau pergi. Akhirnya berakhir juga drama tersebut. Oh ya, mereka bukanlah penjual keliling biasa karena setelah saya amati ternyata mereka datang bersama rombongan yang menyebar di komplek. Diantar dengan mobil yang menunggu di lokasi tertentu. Saya yakin peristiwa tsb banyak dialami oleh masyarakat dan mungkin juga kompasianer. Banyak sekali surat pembaca di koran menceritakan hal tersebut. Saya yakin seyakin-yakinnya produk yang dijual pasti tidak punya sertifikat SNI. Jadi kesimpulannya, persoalan produk sub-standar yang beredar bukan cerita baru bahkan sudah ada jauh sebelum program konversi minyak tanah. Semoga bermanfaat.
KEMBALI KE ARTIKEL