Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Perlukah Menggunakan Logika dalam Menulis dan Berkomentar

6 Agustus 2010   10:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 622 0

Kata “Logika” sering terdengar dalam percakapan sehari-hari, dan biasa diartikan “masuk akal”, seperti yang sering kita dengar juga, kalau orang sering berkata : langkah yang diambilnya itu logis”. Namun, logika dalam istilah berarti metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Maka untuk memahami apa itu logika, orang harus mempunyai pengertian yang jelas tentang penalaran. Dan penalaran itu sendiri adalah suatu bentuk pemikiran. Adapun bentuk-bentuk pemikiran yang paling sederhana itu yaitu, pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan, dan penalaran (ratio, reasoning).

***

Dalam kesempatan belajar di rumah sehat kompasiana ini, marilah kita bersama-sama belajar, bertukar informasi, bertukar pengalaman dan juga pengetahuan. Buanglah jauh-jauh sesuatu hal yang kita pikirkan hanya karena mengikuti gelar dan ego yang berlebihan. Tapi, berpikirlah karena keberanian, dan atas nama tanggung jawab dari apa yang kita perbuat, atau apa yang kita tulis, dan jadikanlah sebagai harga yang harus kita bayar untuk sebuah pembelajaran kita semua.

Baiklah, kita bisa mulai dengan pengertian atau konsep. Dari buku Logika Dasar karangan R.G Soekadijo, kita bisa dapat penjelasan yang banyak tentang “pengertian” atau biasa disebut konsep. Di buku tersebut dijelaskan bahwa konsep itu berawal dari pengalaman indera (observasi). Untuk mempermudah memahami “pengertian” atau konsep, kita bisa lihat ilustrasi dalam cerita di bawah ini :

Ilustrasi bagian1

“Gul Azwara melihat seorang pemuda mabuk sedang berbicara sendiri, ngawur (hilangnya kesadaran), dan bau minuman keras pun (beralkohol) tercium dari mulut pemuda tersebut, yang memang berdekatan. Pemuda itu pun mengeluarkan pisau untuk mengancam orang, sehingga orang-orang yang di sekitarnya merasa tak nyaman”.

Dari sinilah kita akan mengetahui bagaimana membentuk “pengertian”, dengan memperhatikan objek bersamaan aktivitas indera (melihat) itulah terjadinya aktivitas pikiran, yaitu pembentukan pengertian (baca; konsep). Dengan ini pula terbentuklah data dalam pikiran Si Gul tentang pemuda mabuk karena pengaruh alkohol yang tidak sadar, yang membuat orang di sekitarnya merasa tak nyaman, terlebih pada wanita muda. Maka jelas semua orang termasuk Gul mempunyai pengertian yang hampir sama, bahwa minuman beralkohol bisa mengakibatkan orang lepas kontrol karena tidak sadar dan bisa saja membahayakan orang sekitarnya.

Ilustrasi bagian 2

“Setelah itu, Gul pergi untuk menemui temannya yang berprofesi sebagai dokter dan peneliti hewan. Gul melihat temannya itu membius hewan liar yang sedang sakit dengan menggunakan alkohol untuk memeriksa kondisi hewan liar tersebut. Dan hari sebelumnya pun, Si Gul pun berkunjung ke rumah sakit, ternyata di sana, Gul pun baru tahu, bahwa alkohol itu bisa berguna di dunia kesehatan atau medis”.

Maka dengan ini juga Gul punya data dalam pikirannya, bahwa alkohol itu berguna jika sesuai proporsinya (Proposionalitas).

***

Nah, dari ilustrasi di atas, kita bisa tahu bahwa “pengertian” atau konsep adalah sesuatu yang abstrak. Sekarang, jika kita ingin menulis ataupun berkomentar yang abstrak (konsep) maka kita memerlukan lambang. Dan lambang yang paling lazim adalah bahasa. Di dalam bahasa itu lambang berupa kata. Kata dalam pengertian disebut term.

***

Beberapa hari yang lalu, Saya berkomentar pada tulisan teman kita yang berjudul Dugem + sex = hamil di luar nikah… Dan Saya terpancing ikut berkomentar dengan teman kompasianer yang berkomentar di bawah ini :

Mukti Ali: yang ok..anak-anak di bawah umur tidak boleh masuk ke tempat dugem. harus ada peraturan bahwa miras hanya di komsumsi oleh orang dewasa.

Radix WP:Benar, hrs ada aturan2 yg rasional spt itu. J

Gul Azwara: Yang lebih oke lagi, bahwa miras harus diberantas. demi Indonesia membangun. hahaha~ aturan yang mana Pak Radix..?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun