Inilah pertanyaan yang saya ajukan waktu anak-anak kepada ibu dan bibi saya, namun tak memperoleh jawaban yang memuaskan. Beliau-beliau sekadar berujar: ”Tidak tahu mengapa, pokoknya bila ditanam dalam beras, alpokat ini akan cepat masak.” Demikian pula halnya dengan ’tradisi turun temurun’ meletakkan buah sirsak yang masih mengkal di dalam kamar mandi untuk mempercepat pematangannya (ripening).
Sekarang saya baru mengetahui alasan (reasoning) mengapa buah alpokat diperam dalam beras. Buah alpokat termasuk salah satu jenis buah yang tidak dapat masak di pohon. Dia harus dipetik untuk menjalani proses pematangan. Proses pematangan semua buah-buahan terjadi karena adanya gas etilen (ethylene) yang dikeluarkan oleh buah yang bersangkutan. Semakin banyak gas etilen yang meliputi buah ini, semakin cepat buah tersebut menjadi matang. Dengan ditanamkan ke dalam beras, gas etilen yang dikeluarkan buah alpokat akan ’terperangkap’ di sekeliling buah, sehingga dia menjadi cepat masak.
Kalau di negeri kita alpokat diperam dengan dikubur dalam beras, di negara Barat, dia dimasukkan ke dalam kantong kertas coklat lalu diikat dengan maksud yang sama yaitu untuk mengintensifkan produksi gas etilen. Bahkan ada kiat untuk menyertakan buah apel, tomat, atau pisang kedalam kantong yang berisi alpokat yang akan diperam. Buah apel, tomat, dan pisang ’terkenal’ sebagai penghasil gas etilen yang berlimpah, sehingga proses pematangan alpokat ini akan dipercepat. Selain dimasukkan ke dalam kantong kertas, tentu saja pemeraman ini dapat dilakukan dengan cara dibungkus dengan kertas koran. Saya baru mengerti, mengapa buah pepaya yang masih menggantung di pohon, sering dibungkus kertas koran oleh pemiliknya.
Mengapa buah-buahan dipanen umumnya dalam keadaan masih mentah? Alasan utamanya tentunya untuk memudahkan proses pengirimannya (shipment). Buah yang sudah matang, pasti akan bonyok bilamana dikirim ke tempat yang jauh. Contohnya, buah pisang pada saat dalam transportasi, kondisinya masih hijau mentah. Setelah sampai di tempat pemasaran, barulah pisang ini mulai menguning mengalami pematangan.
Selain dengan cara alamiah yang disebut di atas, pemeraman dapat dilakukan dengan cara yang bukan alamiah yaitu dengan menggunakan karbit. Nama kimia ’karbit’ ini adalah Kalsium karbida (CaC2) dan dalam keadaan lembab/basah karbit ini akan mengeluarkan gas asetilen (acetylene) yang mempunyai sifat seperti gas etilen. Jadi untuk memeram mangga yang masih mentah, karbit ini kita bungkus dengan kain yang lembab/agak basah kemudian ditaruh pada wadah yang berisi mangga dan ditutup rapat. Setelah dua-tiga hari, maka mangga-mangga tersebut akan masak.
Cara menggunakan karbit ini memang tak menghasilkan buah matang seenak dan semanis dengan cara alamiah. Seringkali dari luar buah ini kelihatan berwarna kuning cerah, namun di dalamnya masih terasa sepat atau hambar. Dan dari kata karbit ini kita mengenal kata kiasan karbitan, yaitu ’dipaksakan untuk memegang tanggung jawab dan kedudukan penting (dalam organisasi, pemerintahan dll), padahal dalam faktor usia dan jam terbang, yang bersangkutan masih sangat mentah.
Memeram buah-buahan dengan menggunakan karbit (yang harganya sangat murah) di beberapa negara sudah dilarang. Pertimbangannya adalah karena karbit ini juga mengeluarkan ’radikal bebas’ yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, arthritis dan alergi. Juga karbit yang seharusnya dipergunakan untuk tujuan industri ini, mengandung zat arsen (warangan) dan fosfor yang berbahaya bagi tubuh kita. Bagaimana kebijakan undang-undang di negeri kita soal karbit ini? Nampaknya belum ada larangan penggunaan karbit untuk memeram buah-buahan ini.
Sembari menunggu keluarnya peraturan pembatasan pengkarbitan ini, bagi Anda yang ’peduli’ dengan keamanan buah yang akan dikonsumsi, kiat berikut ini dapat dipakai untuk mengenali bahwa buah tersebut dikarbit. Bila Anda melihat buah tomat yang dijajakan merah ’seragam’ (uniformly red), atau buah mangga atau pepaya yang seragam oranye-nya (unformly orange), maka dapat dipastikan buah-buahan ini dikarbit. Juga biasakan mencuci buah-buahan pada air keran (running water), sehingga zat kimia yang menempel pada kulitnya dapat dienyahkan.