Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Kesasar Gara-gara Mengandalkan GPS

23 Maret 2012   15:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34 543 1

GPS yang kini menjadi peranti navigasi standar pada mobil mutakhir ternyata bisa ‘menyesatkan’ si pengemudinya. GPS memang sangat nyaman, karena kita dipandu dengan suara secara detail ke arah mana kita harus bergerak (belok kiri, belok kanan, lurus lengkap dengan nama jalan dan berapa ratus meter jarak tempuhnya), sehingga kita tak ragu menyetir sekalipun belum pernah mengunjungi kota yang dituju. Namun teknologi canggih ini ternyata bisa juga membuat orang kesasar alias tersesat.

Ini berkisah tentang peziarah Katolik yang tersasar di dusun kecil bernama Lourde yang terletak di kaki gunung Pyrenea. Dusun Lourde hanya berpenduduk 94 jiwa, tidak mempunyai hotel atau toko, sehingga peziarah terbengong-bengong melihat begitu sepinya tempat ini. Di dusun ini memang ada patung Bunda Maria kecil, namun peziarah tetap merasa kurang yakin sudah berada di tempat peziarahan Katolik terbesar ketiga di dunia. Ya, ini tak lain dikarenakan lokasi ini bukan Lourdes (dengan akhiran ‘s’) dan desa Lourde ini berjarak kurang lebih 92 kilometer sebelah barat Lourdes yang ternama. Di peziarahan Lourdes terdapat Patung Bunda Maria (Statue of Our Lady) di Grotto (gua) Massabielle.

Di masa-masa lampau, satu dua orang juga ada yang tersesat ke dusun Lourde ini. Tapi semenjak satu dekade terakhir ini, semakin banyak saja rombongan peziarah yang tersesat ke sini. Rata-rata dua puluh mobil ‘kesasar’ ke Lourde setiap harinya, kadang-kadang membawa rombongan sebanyak penduduk dusun ini. Ini mungkin bisa ‘dipersalahkan’ gara-gara adanya GPS. Dahulu kala, orang akan berhenti di pompa bensin untuk menanyakan arah jalan menuju ke Lourdes dan pasti akan diberitahu arah yang benar oleh penduduk setempat. Namun dengan adanya GPS yang dianggap handal, pengemudi sekarang lebih memercayai alat navigasi ini.

Sebenarnya kesalahan ini bukan pada perangkat GPS, melainkan pada si pengemudi. Pada saat akan mengoperasikan GPS, pengemudi akan memasukkan data nama kota yang akan dituju. Namun karena kecanggihan peralatan digital ini, kita tak perlu mengetikkan dengan lengkap nama L-o-u-r-d-e-s, tapi cukup dengan dua atau tiga huruf pertama maka alat ini sudah bisa ’menebak’ kata yang dimaksud. Dan begitu kata ’L-o-u-r-d-e’ muncul langsung di-oke-kan. Atau sering juga si operator memasukkan nama ‘Lourde’ dan lupa membubuhkan huruf ‘s’nya. Sekalinya data terekam, GPS akan dengan lugas memberi petunjuk arah dan tak akan mengetahui apakah tempat ini benar atau salah. Inilah bedanya dengan kita bertanya pada penduduk setempat, karena tak akan mungkin diarahkan ke desa Lourde, bahkan sebagian dari mereka belum pernah mendengar nama Lourde ini.

Seperti mesin yang terprogram lainnya, GPS hanya melakukan tugasnya sesuai dengan data yang dimasukkan oleh kita. Dia tak bisa diharapkan, memberi saran untuk menempuh jalan yang ada restoran favoritnya atau ada vista yang cantik untuk dinikmati pada perjalanan menjelang matahari terbenam. Dua puluhan mobil yang tersasar setiap harinya di Lourde mengingatkan pada kita bahwa kedigdayaan teknologi sering mengecohkan dan membuat lalai manusia penggunanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun