Kita barangkali sering menemui kalimat yang kurang lebih tertulis sebagai berikut: Sebagai seorang single fighter, ibu A berhasil menghantarkan kelima anaknya menjadi orang yang sukses. Kita semua memahami dengan baik istilah single fighter ini yaitu seorang ibu (kadang-kadang bapak) yang karena bercerai atau ditinggal mati pasangannya harus berjuang sendiri mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya. Namun apabila istilah single fighter ini kita lontarkan/utarakan pada native speakerĀ kemungkinan besar dia akan mengernyitkan kening tanda tak paham. Apa pasal? Karena dalam diksi mereka, yang dipakai adalah single parent atau single mother.