Berada dan bermukim di negara asing, mau tak mau, suka tak suka, kita harus menggunakan bahasa setempat dalam interaksi sosial sehari-hari. Nyaris mustahil kita menggunakan bahasa tarzan yang begitu terbatas. Menggunakan bahasa setempat (yang memang bukan bahasa ibu) membawa risiko ditertawakan oleh penutur asli karena diksinya aneh dan ganjil. Inilah yang pada umumnya kita takuti, sehingga mulut kita terkunci (tongue-tied). Namun justru dengan berani salah dan berani malu mengutarakan dalam bahasa asing itulah, sesungguhnya kita akan cepat fasih dan menguasai bahasa lokal tersebut.