Membaca berita tentang obrolan tiga orang pria di dalam KA Ekonomi tentang pilihan capres dalam bahasa Palembang pada koran Kompas hari Selasa 13 Mei 2014, membuat saya jadi tersenyum geli. Inilah sebagian kutipan yang tertulis pada paragraf pertama: “Semuo capres ado pro kontranyo.” Pernyataan dalam logat Sumatera Selatan itu di akhir perbincangan tiga lelaki tentang kandidat calon presiden mereka. Apakah yang lucu dalam tulisan tersebut? Tak lain adalah penulisan “semuo” itu. Memang benar banyak kata Melayu dengan akhiran suara “a” dilafalkan dengan akhiran “o” dalam bahasa Palembang, seperti “ada” menjadi “ado”, “dua” menjadi “duo”, “kita” menjadi “kito”, namun kata “semua” bukan diucapkan dengan “semuo” dalam bahasa Palembang. Ini “perngarangan” dari wartawan yang menulis berita tersebut.