Para pejabat negara hari-hari ini mungkin semakin menyadari bahwa bahasa memang lebih tajam daripada pedang, yang bahkan bisa melukai diri sendiri. Sekali pun apa yang diucapkan secara sintaksis sudah benar, sangat terbuka dan rawan ucapannya ini diorkestrasi (dipelintir) di luar konteks (out of the context) dan di luar interpretasi bahasa. Dan inilah salah satu contoh ucapan seorang pejabat yang ditelikung dengan “cerdik” oleh lawan politiknya, sehingga menimbulkan kemarahan publik. Frasa (potongan kalimat) yang dicomot dari ucapan Menko Tedjo tersebut adalah “rakyat yang tidak jelas”. Mendengar istilah “rakyat yang tidak jelas” pasti semua akan tersinggung berat, seolah-olah mengatakan simpatisan yang berkumpul menyuarakan dukungan kepada KPK adalah “gerombolan orang liar”.