Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cahaya, Tunggu Aku!

24 April 2013   20:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 113 1
Sajian malam ini tak akan sempurna, bukan karena bintang tak muncul di angkasa, atau bulan cemberut sejak senja tadi, tapi karena altar yang kupersembahkan kepada gelap telah miring karena dimakan rayap. Tentu apa yang kutata diatasnya tidak akan lagi cantik dipandang, tidak akan rapi karena harus kuganjal sana sini agar tidak tumpah mengikuti kemiringan altar yang rapuh. Sepertinya bumi begitu ingin menikmati kelezatan sajian malam ini, hingga dengan gaya gravitasinya berusaha menjangkau yang selama ini tak terjangkau, dengan sebelumnya memerintahkan tentara rayap untuk menggerogoti altar dan berharap apa yang ada diatasnya akan terjatuh dalam dekapannya.

Sumpah aku tak tahu! apa yang membuat gelap menjeratku dalam kebiasaan pemujaan dan sajian istimewa ini, hebatnya lagi aku benar-benar telah berjalan dalam lelaku ini tanpa sedikitpun tersadarkan dari mencari jawaban, untuk apa dan mengapa? Naif bukan, ketika mahluk yang bernama manusia melakukan hal yang ia sendiri tidak tahu untuk apa? atau lebih jauh lagi untuk siapa dan apa manfaatnya?

gelap itu hitam, seperti jelaga dalam rumah tua para pendengki, warnanya itu tidak hanya karena asap pembakaran yang terjerat dalam sarang laba-laba atau kayu lapuk diatasnya, tapi karena emosi negatif pemiliknya yang bergantung diatas para-para waktu yang dilewatinya.
mungkin, ini hanya prasangkaku saja, didalam hitam itu ada manis, yang kukecap dengan lidah nafsuku sehingga membuatku ketagihan, atau dalam gelap itu ada persembunyian sempurna dari tanggung jawab pada cahaya, atau dalam gelap yang hitam itu ada janji-janji kenikmatan yang mudah dan dekat, sehingga begitu sempurna untuk dikejar dengan segala upaya, bahkan bumi iri dan ingin menikmatinya juga.

mungkin itu jawabannya, kenapa aku selalu menyiapkan sajian istimewa untuk gelap, terserah ada bintang atau tidak, aku hanya ingin mendapatkan balasan kenikmatan yang mudah dan dekat, agar aku terhindar dari tanggung jawab pada cahaya dan agar aku merasa sempurna dengan janji-janji yang indah.
tapi apakah mungkin karena hal lain, misalnya karena gelap begitu piawai menggodaku sehingga aku bersuka dengan kedatangannya, ah... aku selalu punya alasan untuk itu semua, bagian terdalam diriku mungkin menolaknya, tapi bagian terdalam lagi, yang lebih dalam dari itu: mengiyakan dengan penuh keiklasan... selamat datang gelap

miris ya?
mengapa aku lebih memilih gelap kalau ada cahaya yang menyempurnakan warna? mengapa aku memilih gelap yang rapuh kalau ada cahaya yang menguatkan jiwa-jiwa?
bahkan dalam cahaya ada jawaban dari setiap pertanyaan, ada solusi dari setiap masalah, ada cinta suci dan kebahagiaan abadi, ada kenikmatan yang dijanjikan tidak hanya dekat dan mudah, tapi begitu dekat dan begitu mudah sehingga engkau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan dengan sempurna, dalam cahaya ada jalinan yang kuat dan tidak rapuh, bumi bahkan rela menyerahkan segala-galanya untuk bersamanya
ah cahaya... kau begitu sempurna

bolehkah aku berbalik kepadamu dan meninggalkan gelap dibelakang, bisakah itu?
ah aku merasa kaki-kakiku terantai dengan altar pemujaan itu, jiwaku telah tertambat kepadanya, erat dan kuat, bisakah aku?
aku mengais-ngais berharap ada anak kunci yang tergeletak disana dan membuka borgol yang merantai kaki-kakiku, aku ingin terlepas dari gelap dan menjauh dari altar rapuh yang menjeratku itu... namun tak kutemukan
hanya gelap dan gelap

sampai kusadari, aku punya kunci lain, kusimpan di dalam hatiku yang terdalam, kuraih ia dengan susah payah, kujangkau ia bahkan ketika aku merasa ia tak terjangkau, aku berusaha keras dan sangat keras mendapatkan kunci untuk memisahkanku dari gelap dan berlari menuju cahaya
aku masih berusaha... sampai hari ini
aku yakin cahaya masih menungguku sampai suatu hari nanti aku datang kepadanya...
Cahaya, tunggu aku!

(guss.wordpress.com)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun