Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Negeri Para Bedebah!!

28 Agustus 2024   00:22 Diperbarui: 28 Agustus 2024   00:31 86 0
Zaman yang semakin berkembang dengan kompleksitasnya, menghisap ruh kemanusiaan (moral, etika, dan estetika).
Fakta dari kemunduran moral ini bukan cerita baru. Tetapi sesuatu yang berkembang, berubah, dan terduplikasi.

Para pemimpin bercita-cita setinggi langit melakukan perubahan dengan slogan-slogan yang "memabukkan." Tapi masyarakat kemudian dikebiri.

Dari manusia, berubah menjadi robot: sebuah benda yang dikontrol dan bergerak karena remote. Nilai-nilai kemanusiaan dirampas dan diganti dengan perbudakan yang terselubung.

Kita seakan diprogram oleh mereka -- para sutradara  untuk melanggengkan status quo. Kita lalu kehilangan jati diri.

Kita diformat dan terinstal dengan gaya hidup yang materialistis. Kita telah lupa dari mana kita berasal. Amnesia, sakit jiwa, dan gila, entah apa itu.

Mereka para pemimpin telah merampas hak-hak kita. Bukan sekadar tanah, laut, hutan, kebun. Tapi juga potensi, keyakinan, dan nilai-nilai keluhuran kita, esensi keagamaan dan kebudayaan kita.

Kita harusnya mampu memahami esensi substansial yang sebenarnya dari nilai kemanusiaan (moral, etika, estetika, agama, dan budaya). Karena kita bukan robot dan mayat hidup.

Kita berhak mempertegas, mempertahankan, dan memperjuangkan sumber dari nilai-nilai filosofis kebudayaan; "Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah"  sebagai sebuah keniscayaan nilai, keyakinan, dan keseluruhan dasar falsafah hidup masyarakat yang beragama, berbudaya dan menjunjung tinggi moralitas. Ini ciri masyarakat Bumi Serambi Madinah.

Sebagai masyarakat yang berbudaya dan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, kita seharusnya memiliki kesadaran ini. Kesadaran filosofis. Sadar tentang ruh dari kebudayaan Bumi Serambi Madinah (Hulondalo) yang menjunjung tinggi asas pluralitas, moralitas, dan toleransi hidup sebagai masyarakat yang beragama dalam membangun bangsa dan negara.

Kesadaran ini seharusnya tampil sebagai solusi di tengah kecacatan berpikir dalam membangun negeri kita tercinta ini. Agar kita tidak terdidik, hidup, dan besar di bawah ketiak penguasa dan investor yang lupa diri.

Kita harus mampu berdiri, terdidik, hidup, dan besar dengan kesadaran filosofis atas nilai-nilai budaya itu sendiri, nilai-nilai filosofis kebudayaan dan keagamaan bumi Serambi Madinah

Berkata Ali Syariati "rakyat dunia ketiga harus mampu menegaskan nilai-nilai kebudayaan dan keagamaannya terlebih dahulu, sebelum mereka mampu meminjam modernitas sebagai alat tanpa melupakan identitas dan jati dirinya".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun