Berduyun duyun mengangkangi tafakurku
Belum puaskah, wahai para serdadu bersayap malam
Sudah berapa atap ambruk terkapar
Istana istana hancur berantakan
Para raksasa tinggal puing nestapa
Rembulan bintang pun hangus
Masihlah kalian menyerbu seluruh penjuru
Kulihat kalian panjati tembok tembok putih
--- makam para pemahat keringat dan otak ---
Pintu jendela seperti bayang bayang belaka
Bagai komplotan pencuri menjelma gerombolan perampok
Yang perpampang pada dinding malam
Adalah para leluhurku dengan bambu dan gerilya
Menggerayangi setiap lekuk untuk sekali ganyang
Melucuti setiap sayap leluhur kalian
Kini aku tidak bisa lama bertafakur
Mematut matut pada cermin hujan
Aku bukanlah patung kayu di tengah taman
Ketabahan seorang manusia selalu fana
Tidaklah sudi aku merana remuk percuma
Para serdadu bersayap malam
Dari pelosok gelap mengepung cahaya
Dengan sayap sayap pertanda penaklukan
Kegentaran macam apa yang tengah kalian gencarkan
Inilah aku
Sedang membuat perhitungan dengan kalian
Sendiri menghadapi kerumunan
Tegak menyambut serbuan
Di bawah basah siraman cahaya
*******
Kupang, 1 Desember 2018