Tergeletak dengan tersengal-sengal
Di antara liukan aspal dan bentang baja
Kamu sudah berusaha mengejar, rupanya
Laju roda-roda mengangkut mimpi-mimpi
Ke segala penjuru berdengung gaung gema
Barang dan harga di tembok kota-kota
Kamu sudah berusaha sekuat tenaga, rupanya
Melipat setiap trotoar di tepi-tepi riuh rendah
Para pemulung peluang menguras berangkas
Pundi lumbung tanpa menengok gembok dan tembok
Kamu hanya mengutamakan maumu, rupanya
Akhirnya kamu kelelahan tergeletak tersengal-sengal
Bahkan seperti mendadak anfal
Liukan aspal melilit telapak tangan kanan
Bentangan baja membelit telapak tangan kiri
Kehampaan memompa-mompa dada
Kamu ingin berteriak agar keajaiban bertindak
Berbondong-bondong melepaskan lilitan dan belitan
Menggotongmu segera ke tempat maumu
Berbalik lagi menebas sulur aspal dan julur baja
Agar kamu bebas berguling bergelegak gelak
Oh, rupanya kamu ingin bisa sesegera mungkin
Membalikkan telapak tangan dari terkulai lunglai
Oh, tidak semudah itu membalikkan telapak tangan
Amunisimu ludes dimangsa ambisi
Kamu berharap keajaiban berpihak padamu, rupanya
Di saat-saat kemustahilan paling memungkinkan
Kamu hanya sanggup meletupkan sesenggukan
Berbaur debu asap membius seluruh paru
Tetapi kamu enggan mengakui lapuk rapuhmu
*******
Kupang, 31 Oktober 2018