Kokoknya baru saja mencokok sepucuk puisi
Yang pulas dalam empuk hangat pelukan
Aan Mansyur masih begadang di pojok kota
Menuang kopi segelas lagi dekat jendela kedai
Tidak mendengar kokok ayamnya
Apalagi memergok sepucuk puisi tercokok
Sepucuk puisi tidak berkutik
Terpaksa mengikuti kokok ayam Aan Mansyur
Melangkah gontai dengan setengah nyawa
Setengahnya lagi masih tertinggal dalam
Empuk hangat pelukan
Sepucuk puisi membiarkan ke mana kakinya
Mengikuti kokok ayam menembus selaput kelam
Melintasi kuburan-kuburan berlampu
Mengabaikan lirih teguran perkutut
Sebelum melantun panggilan pulang dari
Pelantang menara-menara
Dalam empuk hangat pelukan
Setengah nyawa puisi tertinggal masih mimpi
Menyeruput kopi dari gelas Aan Mansyur
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 26 April 2018